Laporan Pendahuluan / LP Hidrosefalus lengkap Download Format Pdf dan Doc
Ada rasa kebahagiaan jika bisa dapat membantu teman-teman dalam menyelesaikan tugas Praktik / Makalah Asuhan Keperawatan / Askep di dadam proses pembelajarannya, kali ini kami akan membagikan sebuah artikel tentang laporan pendahuluan / LP Hidrosefalus. Penyakit Hidrosefalus merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak yang baru lahir atau pada anak-anak. Penyakit hidrosefalus ini bisa merusak otak secara permanen atau bahkan kematian. Perlu kita mengetahui tanda- tanda dan gejala Hidrosefalus pada anak-anak, Di LP Hidrosefalus ini telah kami tulis penyebab, Patofisiologi, Pathway, tanda dan gejala, Konsep Askep serta intervensi rasionalnya. Kode ICD Hidrosefalus G91.9
LP / Makalah Hidrosefalus telah kami sediakan link download dalam dua format Pdf dan Doc pada akhir artikel ini
LP / Makalah Hidrosefalus telah kami sediakan link download dalam dua format Pdf dan Doc pada akhir artikel ini
Laporan Pendahuluan / LP Hidrosefalus
Pengertian
Hidrocephalus adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSF) di dalam sistem ventricular. Ketika produksi CSF lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal terakumulasi di dalam sistem ventricular.
Penyebab
Penyebab dari hidrosefalus adalah :
- Kelainan bawaan (konginetal)
- Infeksi
- Neoplasma
- Perdarahan.
Jenis Hidrosefalus
- Hidrosefalus Non Komunikan (tipe tak berhubungan ): Terjadinya obstruksi pada aliran cairan serebrospinal.
- Hidrosefalus Komunikan (tipe berhubungan ) : Kegagalan absorbsi cairan serebro spinal.
Patofisiologi
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial.
Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klein dengan type hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan kematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.
Pathway Hidrosefalus
Keterangan:
- Penyumbatan aliran CCS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam rongga subaracnoid → dilatasi ruangan CSS di atasnya (foramen Monroe, foramen Luschka dan Magendie, sisterna magna dan sisterna basalis) → Hidrosefalus
- Pembentukan CSS yang berlebihan dengan kecepatan absorbsi yang normal → Hidrosefalus.
Tanda dan Gejala
- Pembesaran kepala.
- Tekanan intra kranial meningkat dengan gejala: muntah, nyeri kepala, oedema papil.
- Bola mata terdorong ke bawah oleh tekana dan penipisan tulang supraorbital.
- Gangguan keasadaran, kejang.
- Gangguan sensorik.
- Penurunan dan hilangnya kemampuan akrivitas.
- Perubahan pupil dilatasi.
- Gangguan penglihatan (diplobia, kabur, visus menurun).
- Perubahan tanda-tanda vital (nafas dalam, nadi lambat, hipertermi,/ hipotermi).
- Penurunan kemampuan berpikir.
Hidrosefalus pada dewasa gejalanya antara lain sakit kepala, kesadaran menurun, kejang, kelemahan saraf, inkontinensia urin (sulit menahan buang air kecil), mencong mulut, nyeri kepala diikuti gejala muntah, dan gangguan penglihatan. Bahkan bila hidrosefalus dewasa tidak segera diatasi bisa sampai menyebabkan kebutaan. Bila pasien hidrosefalus sudah buta tidak bisa mengembalikan penglihatannya lagi dan bila kesadaran penderita hidrosefalus menurun bisa meninggal (Eko Prasetyo, 2004).
Pemeriksaan Penunjang
1. Aloamnanesis/ amnanesis.
Amnanesis perlu dilakukan untuk menentukan hidrosefalus kongenital atau akuisita. Bayi yang lahir prematur atau posterm dan merupakan kelahiran anak yang keberapa adalah penting sebagai faktor resiko. Adanya riwayat cedera kepala sehingga menimbulkan hematom, subdural atau perdarahan subarakhnoid yang dapat mengakibatkan terjadinya hidrosefalus.
Demikian juga riwayat peradangan otak sebelumnya. Riwayat keluarga perlu dilacak, riwayat gangguan perkembangan, aktivitas, perkembangan mental, kecerdasan serta riwayat nyeri kepala, muntah-muntah, gangguan visus dan adanya bangkitan kejang.
2. Pemeriksaan fisik.
Kesan umum penderita terutama bayi dan anak, proporsi kepala terhadap badan, anggota gerak secara keseluruhan tidak seimbang. Anak biasanya dalam keadaan tidak tenang, gelisah, iritable, gangguan kesadaran, rewel, sukar makan atau muntah-muntah.
Pada hidrosefalus kongenital kepala sangat besar, fontanela tidak menutup, sutura melebar, kepala tampak transluse, dengan tulang kepala yang tipis, adanya tanda mac ewens cracked pot, tanda berupa sunset sign dengan dahi yang lebar. Pada pemeriksan auskultasi kemungkinan akan terdengarnya bising daerah posterior oleh karena malformasi V. Galeni. Pertumbuhan kepala yang cepat mengakibatkan muka terlihat lebih kecil dan tampak kurus.
3. Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan terhadap komposisi cairan serebrospinal dapat sebagai petunjuk penyebab hidrosefalus, seperti peningkatan kadar protein yang amat sangat terdapat pada papiloma pleksus khoroideuis, setelah infeksi susunan saraf pusat, atau perdarahan susunan saraf pusat atau perdarahan saraf sentral. Penurunan kadar glukosa dalam cairan serebrospinal terdapat pada invasi meninggal oleh tumor, seperti leukemia, medula blastama dan dengan pemeriksaan sitologis cairan serebrospinal dapat diketahui adanya sel-sel tumor. Meningkatnya kadar hidroksi doleaseti kasid pada cairan serebrospinal didapat pada obstruksi hidrosefalus. Pemeriksaan serologis darah dalam upaya menemukan adanya infeksi yang disebabkan oleh TORCH.
4. Pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan foto polos kepala, pelebaran fontanela, serta pelebaran sutura. Kemungkinan ditemukannya pula keadaan-keadaan lain seperti adanya kalsifikasi periventrikuler sebagai tanda adanya infeksi cytomegalo inclusion dioase, kalsifikasi bilateral menunjukkan adanya infeksi tokso plasmosis. Pemeriksaan ultrasonografi, dapat memberikan gambaran adanya pelebaran sistem ventrikel yang lebih jelas lagi pada bayi, dan untuk diagnosis kelainan selama masih dalam kandungan.
Pemeriksaan CT-Scan menunjukkan adanya pelebaran ventrikel. Disamping itu juga dapat untuk mempelajari sirkulasi cairan serebrospinal yaitu dengan menyuntikkan kontras radio opak ke dalam sisterna magna kemudian perjalan kontras diikuti dengan CT-Scan sehingga akan jelas adanya obstruksi terhdap cairan serebrospinal.
Pemeriksaan pneumoensefalografi, berguna untuk memantau dilatasi ventrikel dan ruang subarakhnoid. Apabila sudut korpus kolosum kurang dari 120 menunjukkan hidrosefalus komunikan, bila lebih dari 120 mungkin hidrosefalus obstruksi.
Komplikasi Hidrosefalus
- Peningkatan tekanan intrakranial
- Kerusakan otak
- Infeksi:septikemia,endokarditis,infeksiluka,nefritis,meningitis,ventrikulitis,abses otak.
- Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
- Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi organ dalam rongga abdomen,fistula,hernia, dan ileus.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik:
- Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk melihat pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal
- Transiluminasi
2. Pemeriksaan darah:
- Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal:
- Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau meningitis untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan ada infeksi sisa
4. Pemeriksaan radiologi:
- X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.
- USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.
- CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan sekaligus mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya
Penatalaksanaan Medis
1. Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan genetic, penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar keluarga dekat. Proses persalinan/kelahirandiusahakan dalam batas-batas fisiologik untuk menghindari trauma kepala bayi. Tindakan pembedahan Caesar suatu saat lebih dipilih dari pada menanggung resiko cedera kepala bayi sewaktu lahir.
2. Terapi Medikamentosa
Hidrosefalus dewngan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya tidak memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25 – 50 mg/kg BB. Pada keadaan akut dapat diberikan menitol. Diuretika dan kortikosteroid dapat diberikan meskipun hasilnya kurang memuaskan. Pembarian diamox atau furocemide juga dapat diberikan. Tanpa pengobatan “pada kasus didapat” dapat sembuh spontan ± 40 – 50 % kasus.
3. Pembedahan :
Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi. Misalnya Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga dapat mengeluarkan LCS kedalam rongga cranial yang disebut :
a. Ventrikulo Peritorial Shunt
b. Ventrikulo Adrial Shunt
Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan pengertian pada keluarga mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan (misalnya : kateter “shunt” obat-obatan darah) yang biasanya membutuhkan biaya besar.
Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan serebrospinal dari ventrikel otak ke atrium kanan atau ke rongga peritoneum yaitu pi8ntasan ventrikuloatrial atau ventrikuloperitonial.
Pintasan terbuat dari bahan bahansilikon khusus, yang tidak menimbulkan raksi radang atau penolakan, sehingga dapat ditinggalkan di dalam yubuh untuk selamanya. Penyulit terjadi pada 40-50%, terutama berupa infeksi, obstruksi, atau dislokasi.
4. Terapi
Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
- mengurangi produksi CSS
- Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi
- Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.
- Penanganan sementara: Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorbsinya.
- Penanganan alternatif ( selain shunting ) Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi. saat ini cara terbaik untuk malakukan perforasi dasar ventrikel dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah endoskopik.
- Operasi pemasangan “ pintas “ ( shunting ): Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan kavitas drainase. pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga peritoneum. baisanya cairan ceebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun kadang ada hidrosefalus komunikans ada yang didrain rongga subarakhnoid lumbar. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan. kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang. infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan kematian.
Pengkajian.
A. Anamnesa.
1. Insiden hidrosefalus: 5,8 per 10.000 kelahiran hidup
- Hidrosefalus dengan spinabifida terdapat kira-kira 3-4 per 1000 kelahiran hidup
- Type hidrosefalus obstruksi terdapat 99 % kasus pada anak-anak.
2. Riwayat kesehatan masa lalu:
- Terutama adanya riwayat luka/trauma kepala atau infeksi serebral
3. Riwayat kehamilan dan persalinan :
- Kelahiran yang prematur
- Neonatal meningitis
- Perdarahan subaracnoid
- Infeksi intra uterin
- Perdarahan perinatal, trauma/cidera persalinan.
B. Pemeriksaan Fisik
- Biasanya adanya myelomeningocele, pengukuran lingkar kepala (Occipitifrontal)
- Pada hidrosefalus didapatkan :
Tanda-tanda awal:
- Mata juling
- Sakit kepala
- Lekas marah
- Lesu
- Menangis jika digendong dan diam bila berbaring
- Mual dan muntah yang proyektil
- Melihat kembar
- Ataksia
- Perkembangan yang berlangsung lambat
- Pupil edemaRespon pupil terhadap cahaya lambat dan tidak sama
- Biasanya diikuti: perubahan tingkat kesadaran, opistotonus dan spastik pada ekstremitas bawah
- Kesulitan dalam pemberian makanan dan menelan
- Gangguan cardio pulmoner
Tanda-tanda selanjutnya:
- Nyeri kepala diikuti dengan muntah-muntah
- Pupil edema
- Strabismus
- Peningkatan tekanan darah
- Denyut nadi lambat
- Gangguan respirasi
- Kejang
- Letargi
- Muntah
Tanda-tanda ekstrapiramidal/ataksia
- Lekas marah
- Lesu
- Apatis
- Kebingungan
- Sering kali inkoheren
- Kebutaaan
Pemeriksaan Penunjang
- Skan temografi komputer (CT-Scan) mempertegas adanya dilatasi ventrikel dan membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya (neoplasma, kista, malformasi konginetal atau perdarahan intra kranial)
- Pungsi ventrikel kadang digunakan untuk mengukur tekanan intra kranial, mengambil cairan serebrospinal untuk kultur (aturan ditentukan untuk pengulangan pengaliran).
- EEG: untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolik
- Transluminasi: untuk mengetahui adanya kelainan dalam kepala
- MRI (Magnetik Resonance Imaging): memberi informasi mengenai struktur otak tanpa kena radiasi
Penatalaksanaan
Pasang pirau untuk mengeluarkan kelebihan CSS dari ventrikel lateral kebagian ekstrakranial (biasanya peritonium untuk bayi dan anak-anak atau atrium pada remaja ) dimana hal tersebut dapat direabsorbsi
Diagnosa keperawatan, Intervensi dan Rasional.
Tujuan:
Tidak terjadi gangguan in-tegritas kulit.
Kriteria:
Kulit utuh, ber-sih dan kering
Intervensi:
- Kaji kulit kepala setiap 2 jam dan monitor terhadap area yang terte-kan
- Ubah posisi tiap 2 jam dapat di-pertimbangkan untuk mengubah poisisi kepala se-tiap jam.
- Hindari tidak adanya linen pa-da tempat tidur
- Baringkan kepa-la pada bantal karet busa atau menggunakan tempat tidur air jika mungkin.
- Berikan nutrisi se-suai kebutuhan.
- Untuk memantau keadaan integumen kulit secara dini.
- Untuk meningkat-kan sirkulasi kulit.
- Linen dapat menye-rap keringat sehing-ga kulit tetap kering
- Untuk mengurangi tekanan yang me-nyebabkan stres me-kanik.
- Jaringan mudah nekrosis bila kalori dan rotein kurang.
2. Perubahan fungsi keluarga b/d situasi krisis (anak dalam catat fisik)
Tujuan:
Keluarga menerima keadaan anaknya, mam-pu menjelas-kan keadaan penderita.
Kriteria:
- Keluarga ber-partisipasi da-lam merawat anaknya
- Secara verbal keluarga da-pat mengerti tentang penya-kit anaknya.
- Jelaskan secara rinci tentang kon-disi klien, prose-dur terapi dan prognosanya.
- Ulangi penjelas-an tersebut bila perlu dengan contoh bila keluarga belum mengerti
- Klarifikasi kesa-lahan asumsi dan misinterpretasi
- Berikan kesem-patan keluarga untuk bertanya.
- Pengetahuan dapat mempersiapkan keluarga dalam merawat penderita.
- Keluarga dapat menerima seluruh informasi agar tidak menimbulkan salah persepsi
- Untuk menghindari salah persepsi.
- Keluarga dapat mengemukakan pe-rasaannya
3. Resiko tinggi terjadi cidera b/d peningkatan tekanan intra kranial
Tujuan:
Tidak terjadi pe-ningkatan TIK
Kriteria:
Tanda vital da-lam batas nor-mal, pola nafas efektif, reflek cahaya positif, tidak tejadi gangguan kesa-daran, tidak muntah dan ti-dak kejang.
Intervensi:
- Observasi ketat tanda-tanda pe-ningkatan TIK
- Tentukan skala coma
- Hindari pema-sangan infus di kepala
- Hindari sedasi
- Jangan sekali-kali memijat atau memompa shunt untuk memeriksa fungsinya.
- Ajari keluarga mengenai tanda-tanda pening-katan TIK
- Untuk mengetahui secara dini pe-ningkatan TIK
- Penurunan kesadar-an menandakakan adanya peningkatan TIK
- Mencegah terjadi infeksi sistemik
- Tingkat kesadaran merupakan indika-tor peningkatan TIK
- Dapat mengakibat-kan sumbatan sehing-ga terjadi pening-katan CSS atau obtruksi pada ujung kateter di peritonial.
- Keluarga dapat ber-patisipasi dalam pe-rawatan klien anak hidrosefalus.
Daftar Pustaka
Whaley and Wong ( 1995 ), Nursing Care of infants and children, St.Louis : Mosby year Book
Doenges M.E, ( 1999), Rencana Asuhan keperawtan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta
Lynda Juall Carpenito, ( 2000) Buku Saku : Diagnosa Keperawatan, Ed.8, EGC, Jakarta
Soetomenggolo,T.S . Imael .S , ( 1999 ), Neorologi anak, Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta
Untuk mendownload file laporan pendahuluan / LP Hidrosefalus telah kami sediakan link dalam dua format Pdf dan Doc sebagai berkut.
- File dalam format Pdf (Download)
- File dalam format Doc (Download)
Terima Kasih telah membaca ataupun mendownload artikel LP Hidrosefalus semoga bermanfaat dan bisa menjadi referensi dalam melaksanakan tugas Askep nya.
Salam Cinta Sehat..........
Salam Cinta Sehat..........
0 Response to "Laporan Pendahuluan / LP Hidrosefalus lengkap Download Format Pdf dan Doc"
Post a Comment