-->

Lapoaran Pendahuluan / LP Hipertensi Lengkap Download Format Pdf dan Doc

Salam Sehat buat semuanya, pada kesempatan kali ini kami akan membagikan  suatu artikel tentang laporan pendahuluan / LP Hipertensi. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang banyak di derita oleh masyarakat Indonesia baik yang disebabkan keturunan ataupun yang disebabkan oleh pola gaya hidup yang tidak sehat.

LP Hipertensi kami buat dengan sangat lengkap dimulai dari pengertian hipertensi, peyebab hipertensi, patofisologi hipertensi, Pathway hipertensi, tanda dan gejala hipertensi, pengobatan dan pencegahan hipertensi, dan konsep Asuhan keperawatan/Askep hipertensi. LP hipertensi kami buat untuk membantu teman-teman dimanapun berada yang sedang melaksakan tugasa / praktik asuhan keperawatan / Askep baik di rumah sakit ataupun di suatu institusinya. Dengan kode ICD Hipertensi I10

LP Hipertensi telah kami sediakan link download dalam dua format Pdf dan Doc pada akhir artikel ini.

LAPORAN PENDAHULUAN / LP HIPERTENSI

Pengertian

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ³ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ³ 90 mmHg.

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 ) Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).

Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII

Sistolik
Diastolik
1.      Normotensi
2.      Pre hipertensi
3.      Hipertensi tahap I
4.      hipertensi tahap II
< 130
130 – 140
140 – 160
> 160
< 80
80 – 90
90 – 100
> 100

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah).

Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah.Dibagi menjadi dua:

a. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam.

b. Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).


Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi 2 golongan yaitu :

a. Hipertensi primer atau essensial yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik terdapat sekitar 90% kasus dan banyak penderita tidak menunjukkan gejala atau keluhan. Berbagai hal seperti faktor genetik, aktivitas saraf simpatis, faktor hemodinamik, metabolisme natrium dalam ginjal, gangguan mekanisme pompa Na (sodium pump) dan faktor renin, angiotensin, aldosteron serta faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok dan polisetimia mempunyai kaitan erat dengan peningkatan tekanan darah esensial.

b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui seperti glomerulonefritis, penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskularrenal, hiperaldisteronisme primer, sindrom chusing, feotromositoma, koarktasioaorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.

Faktor Predisposisi

Faktor predioposisi penderita hipertensi meliputi :

a. orang yang mengalami stress psikososial.

b. kegemukan

c. kurang olahraga

d. perokok

e. peminum alkohol

 Patofisiologi

Pengetahuan patofisiologis hipertensi essensial sampai sekarang terus berkembang, karena belum terdapat jawaban yang memuaskan yang menerangkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan TD pada hipertensi essensial yaitu faktor genetik, aktivitas tonus simpatis, faktor hemodinamik, metabolisme Na dalam ginjal, gangguan mekanisme pompa sodium Na (sodium pump) dan faktor renin, angiotensis, aldosteron. Patofisiologi di sini lebih mengacu pada penyebabnya.

a. Faktor genetik, dibuktikan dengan banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot apabila salah satunya menderita hipertensi.

b. Peningkatan aktivitas tonus simpatis, pada tahap awal hipertensi curah jantung meningkat, tahanan perifer normal, pada tahap selanjutnya curah jantung normal, tahanan perifer meningkat dan terjadilah refleks autoregulasi yaitu mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal.

c. Pergeseran cairan kapiler antara sirkulasi dan intestinal dikontrol oleh hormon seperti angiotensin (vasopresin) termasuk sistem kontrol yang bereaksi cepat, sedangkan sistem kontrol yang mempertahankan TD jangka panjang diatur oleh cairan tubuh yang melibatkan ginjal.

d. Pengaruh asupan garam terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan TD, keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali ke keadaan hemodinamik yang normal.

e. Sistem renin, angiotensin dan aldosteron. Renin distimulasi oleh saraf simpatis yang berperan pada proses konversi angiotensin I menjadi angiotensin II yang berefek vasokontriksi. Dengan angiotensin II sekresi aldosteron akan meningkat dan menyebabkan retensi Na dan air.

Pathway Hipertensi


 Manifestasi Klinik

Peninggian tekanan darah kadang kala merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi dan kadang-kadang berjalan tanpa gejala dan baru timbul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak dan jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, pusing atau migrain, marah, telinga berdengung, rasa berat di tekuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang. Gejala ini akibat komplikasi hipertensi seperti gangguan penglihatan, gangguan neurologi, gejala payah jantung dan gejala lain akibat gangguan fungsi ginjal.

Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun

Penatalaksanaan Medis Umum

Didasarkan pada program perawatan bertahap (Rodman, 1991)

  •  Langkah I. Tindakan-tindakan konservatif :

a. Modifikasi diet

  • Pembatasan natrium
  • Penurunan masukan kolesterol dan lemak jenuh
  • Penurunan masukan kalori untuk mengontrol berat badan
  • Menurunkan masukan minuman beralkohol

b. Menghentikan merokok

c. Penatalaksanaan stres

d. Program latihan regular untuk menurunkan berat badan

Langkah II. Farmakoterapi bila tindakan-tindakan konservatif gagal untuk mengontrol TD sercara adekuat. Salah satu dari berikut ini dapat digunakan.

  • diuretik
  • penyekat beta adrenergik
  • penyekat saluran kalsium
  • penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE)
  • Langkah III Dosis obat dapat dikurangi, obat kedua dari kelas yang berbeda dapat ditambahkan atau penggantian obat lainnya dari kelas yang berbeda.

Langkah IV. Obat ketiga dapat ditambah atau obat kedua digantikan yang lain dari kelas yang berbeda.

Langkah V. Evaluasi lanjut atau rujukan pada spesialis atamu keempat dapat ditambahkan masing-masing dari kelas yang berbeda.

Komplikasi

Efek pada organ :

a. Otak

  • Pemekaran pembuluh darah
  • Perdarahan
  • Kematian sel otak : stroke

b. Ginjal

  • Malam banyak kencing
  • Kerusakan sel ginjal
  • Gagal ginjal

c. Jantung

  • Membesar
  • Sesak nafas (dyspnoe)
  • Cepat lelah
  • Gagal jantung

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya dari pemeriksaan urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah (K, Na, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol, HDI) dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti Klirens kreatinin, protein urin 24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH dan EKG.

Cara Pencegahan

1. Pencegahan Primer

Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:

  • Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
  • Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
  • Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
  • Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi berupa:

  • Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
  • Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil mungkin.
  • Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.

d. Batasi aktivitas.

Perawatan Hipertensi

  • Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan yang ideal (cegah kegemukan).
  • Batasi pemakaian garam.
  • Mulai kurangi pemakaian garam sejak dini apabila diketahui ada faktor keturunan hipertensi dalam keluarga.
  • Tidak merokok.
  • Perhatikan keseimbangan gizi, perbanyak buah dan sayuran.
  • Hindari minum kopi yang berlebihan.
  • Mempertahankan gizi (diet yang sehat seimbang).
  • Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika usia sudah mencapai 40 tahun.


Bagi yang sudah sakit

  • Berobat secara teratur.
  • Jangan menghentikan, mengubah, dan menambah dosis dan jenis obat tanpa petunjuk dokter.
  • Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika menggunakan obat untuk penyakit lain karena ada obat yang dapat meningkatkan memperburuk hipertensi.

Mengetahui tentang hipertensi dan cara merawat bukanlah kunci utama kesembuhan, kunci utamanya adalah:

1. Keaktifan penderita dalam pengendalian tekanan darah.
2. Penderita berusaha, petugas petugas kesehatan membantu.
3. Hubungan baik dan kerjasama penderita dan petugas kesehatan

 Diet Hipertensi

a. Perbedaan Diit Dengan Makanan Biasa

  1. konsumsi lemak dibatasi
  2. konsumsi Cholesterol dibatasi
  3. konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obese
  4. Makanan yang boleh dikonsumsi

b. Makanan Yang Boleh Dikonsumsi

  1. Sumber kalori : Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula.
  2. Sumber protein hewani: Daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50 gram perhari, telur ayam,telur bebek paling banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak.
  3. Sumber protein nabati: Kacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom.
  4. Sumber lemak: Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.
  5. Sayuran: Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti bayam,kangkung,buncis, kacang panjang, taoge, labu siam, oyong, wortel.
  6. Buah-buahan: Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah terbatas.
  7. Bumbu: Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih, garam tidak lebih 15 gram perhari.
  8. Minuman: Thea encer, coklat encer, juice buah.

c. Makanan Yang Tidak Boleh Dikonsumsi

1) Makanan yang banyak mengandung garam

  • Biscuit,krakers,cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur atau soda.
  • Dendeng, abon,cornet beaf,daging asap,ham, ikan asin,ikan pindang, sarden ikan teri, telur asin.
  • Keju, margarine dan mentega.

2) Makanan yang banyak mengandung kolesterol

Makanan dari hewan seperti otak,ginjal,hati,limfadan jantung.

3) Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh

  • Lemak hewan :sapi,babi,kambing,susu jenuh,cream, keju, mentega.
  • Kelapa, minyak kelapa,margarine,alpokat.

4) Makanan yang banyak menimbulkan gas

Kool, sawi, lobak, dll.


d. Bagaimana Mengatur Diit

  1. Hindari penggunaan kelapa, minyak kelapa,lemak hewan, margarine,mentega sebagai pengganti gunakan minyak kacang atau minyak jagung dalam jumlah tertentu.
  2. Batasi penggunaan daging hingga 3 kali seminggu dengan paling banyak 50 gram tiap kali makan, makanlah ikan air tawar sebagai pengganti.
  3. Gunakan susu skim sebagaipengganti susu penuh.
  4. Batasi penggunaan telur hingga hanya 3 kali seminggu.
  5. Gunakan sering tahu,tempe, dan hasil kacang-kacangan lainya.
  6. Batasi penggunaan gula, makanan dan minuman manis seperti sirup, coca cola, limun, permen,dodol, coklat, kolak, eskrim.
  7. Makanlah banyak sayuran dan buah-buahan.

e. Obat Tradisional Untuk Hipertensi
Banyak tumbuhan obat yang telah lama digunakan oleh masyarakat secara tradisional untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal yang perlu diinformasikan kepada masyarakat adalah cara penggunaannya, dosis, serta kemungkinan adanya efek samping yang tidak diketahui. Obat – obat tradisional tersebut diantaranya:

1) Buah Belimbing
Buah ini dapat mengontrol tekanan darah dalam keadaan normal dan juga bisa menurunkan tekanan darah bagi mereka yang sudah mengalaminya. Caranya yaitu buah belimbing yang sudah masak diparut halus. Kemudian parutan belimbing diperas sehingga menjadi satu gelas sari belimbing. Air perasan ini diminum setiap pagi, lakukan selama tiga minggu sampai satu bulan. Setelah satu bulan sari belimbing ini dapat diminum dua hari sekali. Tidak perlu menambahkan gula pasir atau sirup pada air perasan. Bagi mereka yang sudah terlanjur menderita hipertensi, sebaiknya gunakan buah belimbing yang besar sehingga air perasannya lebih banyak.

2) Daun Seledri
Cara penggunaannya dengan menumbuk segenggam daun seledri sampai halus, saring dan peras deengan kain bersih dan halus. Air saringan usahakan satu gelas diamkan selama satu jam, kemudian diminum pagi dan sore dengan sedikit ampasnya yang ada di dasar gelas. Menurut penelitian daun seledri bisa memperkecil fluktuasi kenaikan tekanan darah.

3) Bawang Putih
Caranya dengan memakan langsung tiga siung bawang putih mentah setiap pagi dan sore hari. Pilih bawang putih yang kulitnya berwarna coklat kehitaman karena mutunya lebih baik. Jika tidak mau memakannya dalam keadaan mentah bisa direbus atau dikukus dulu. Namun karena banyak zatnya yang bisa berkhasiat yang dapat ikut larut ddalam air rebusannya, sebaiknya ditambaah menjadi 8 sampai 9 siung sekali makan.

4) Buah Mengkudu / Pace
Buah ini sebagai alternatif untuk menekan hipertensi. Caranya hampir sama dengan buah belimbing, yaitu dengan cara memarut halus, kemudian diperas memakai kain kassa yang bersih, diambil airnya. Minum sari mengkudu setiap pagi dan sore hari secara teratur.

5) Avokad
Caranya lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus dengan 4 gelas air putih. Tunggu air rebusan hingga menjaadi 2 gelas, saring. Satu gelas diminum pagi hari, satu gelas lagi diminum sore hari.

6) Melon
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan

7) Semangka
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan

8) Mentimun
Dapat dimakan langsung, atau dapat di parut kemudian diminum



KONSEP KEPERAWATAN

Pengkajian

Dasar pengkajian pasien meliputi :

a. Aktivitas atau istirahat

Kelemahan, letih, napas pendek, frekuensi jantung tinggi, takipnea, perubahan irama jantung.

b. Sirkulasi

Riwayat hipertensi, ateroslerosis, penyakit serebvaskuler, kenaikan tekanan darah, takikardi, distritmia, kulit pucat, cianosis, diaforesis.

c. Integritas ego

Perubahan kepribadian, ansietas, depresi atau marah kronik, gelisah, tangisan yang meledak, gerak tangan empati, otot muka tegang, pernafasan
maligna, peningkatan pola bicara.

d. Eliminasi

Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi, obstruksi atau riwayat penyakit ginjal.

e. Makanan atau cairan

Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterolk, mual dan muntah, perubahan berat badan, obsesitas, adanya edema.

f. Neurosensori

Pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, perubahan keterjagaan, orientasi pola atau isi bicara, proses pikir atau memori (ingatan), respon
motorik (penurunan kekuatan gangguan tangan), perubahan retinal optik.

g. Nyeri atau ketidaknyamanan

Angina, nyeri hilang atau timbul pada tungkai atau klaudikasi, sakit kepala, nyeri abdomen.

h. Pernafasan

Dispnea, takipnea, ortopnea, dispnea noktural paroksisimal, riwayat merokok, batuk dengan atamu tanpa sputum, distress respirasi atau penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas tambahan, cianosis.


Prioritas perawatan :

1. Mempertahankan atau meningkatkan fungsi kardiovaskuler.

2. Mencegah komplikasi.

3. Memberikan informasi tentang proses atau prognosos dan program pengobatan.

4. Mendukung kontrol aktif terhadap kondisi.

Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri atau sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.

b. Intoleransi aktivitas sehubungan dengan kelemahan fisik.

c. Gangguan perubahan pola nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan kebutuhan metabolik.

d. Resiko tinggi terhadap penurunan jantung sehubungan dengan peningkatan afterload vasokontriksi.

Perencanaan

a. Dx 1. Gangguan rasa nyaman, nyeri atau sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.

Kriteria hasil : - pasien akan melaporkan nyeri hilang atau terkontrol

  • pasien akan mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
  • pasien akan mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan

Intervensi :

1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut.

Rasional : meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi.

2. Memberi tindakan non farmakologis untuk menghilangkan sakit kepala (kompres dingin, tehnik relaksasi)

Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral dan yang memperlambat respon simpatis efektif menghilangkan sakit kepala
dan komplikasinya.

3. Meminimalkan aktivitas vasokontriksi yang meningkatkan sakit kepala (mengejan saat BAB, batuk dan membungkuk)

Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskular serebral.

4. Kolaborasi dokter dengan pemberian analgesik

Rasional : menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang sistem saraf simpatis.

b. Dx 2. Intoleransi aktivitas sehubungan dengan kelemahan fisik

Kriteria hasil :

  • pasien akan berpartisipasi dalam aktivitas yang
  • pasien akan melaporkan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat
  • pasien akan menuju penurunan tanda-tanda intoleransi fisiologi

Intervensi :

1. Kaji respon pasien terhadap aktivitas
Rasional : menyebutkan parameter membantu mengkaji respon fisiologi terhadap stress aktivitas dan bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.

2. Instruksikan pasien tentang tehnik penghematan energi (duduk saat gosok gigi, atau menyisir rambut) dan melakukan aktivitas perlahan.
Rasional : membantu antara suplai dan kebutuhan O2

3. Dorong untuk beraktivitas atau melakukan perawatan diri bertahap.
Rasional : kemajuan aktivitas mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba.

c. Dx 3. Gangguan pola nutrisi sehubungan dengan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan kebutuhan metabolik.

Kriteria hasil :

  • pasien akan mengidentifikasi hubungan hipertensi dan kegemukan
  • pasien akan menunjukkan perubahan pola makan
  • pasien akan melakukan olahraga yang tepat rasional

Intervensi :

1. Kaji pemahaman pasien tentang hubungan antara hipertensi dengan kegemukan
Rasional : kegemukan adalah resiko tekanan darah tinggi karena disproporsi antara kapasitas norta dan peningkatan curah jantung berkaitan erat dengan peningkatan massa tubuh.

2. Bicara tentang pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi lemak, garam, gula sesuai indikasi.
Rasional : kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya ateroskerosis dan kegemukan merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya.

3. Tetapkan keinginan pasien untuk menurunkan berat badan.
Rasional : motivasi untuk penurunan berat badan adalah intern individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan agar program berhasil.

4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
Rasional : mengidentifikasi kekuatan atau kelemahan dalam program diit terakhir, membantu menentukan kebutuhan individu untuk penyesuaian atau penyuluhan.

5. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi
Rasional : memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.

d. Dx 4. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung sehubungan dengan peningkatan afterload vasokontriksi

Kriteria hasil :

  • pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan beban yang dapat diterima.
  • pasien memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rengtang normal.

Intervensi :

1. Pantau tekanan darah untuk evaluasi awal
Rasional : perbandingan tekanan memberikan gambaran tentang keterlibatan atau bidang masalah vaskular.

2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Rasional : denyut karoitis, jugularis, radialis dan femoralis dap terpalpasi sedangkan denyut tungkai mungkin menurun.

3. Akultasi tonus jantung dan bunyi nafas
Rasional : S4 terdengar pada pasien hipertensi berat karena ada hipertropi atrium (peningkatan volume atau tekanan atrium) perkembangan
S3 menunjukkan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi.

4. Catat edema umum atau tertentu
Rasional : mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskular.

5. Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurangi aktivitas atau keributan dan batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
Rasional : membantu menurunkan rangsang simpatis dan meningkatkan relaksasi.


DAFTAR PUSTAKA


Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000

Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001

Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit Hipokrates, 1999

Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003

Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995

Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan, 1996

Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002

Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995

Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995

Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998


Untuk Mendownload file LP Hipertensi tealah kami sediakan link dalam dua format Pdf dan Doc di bawah ini:


Terima kasih telah membaca ataupun mendownload artikel LP Hipertensi lengkap download format Pdf dan Doc semoga bermanfaat dan bisa menjadi referensi teman-tema dalam melaksankan tugasnya..

0 Response to "Lapoaran Pendahuluan / LP Hipertensi Lengkap Download Format Pdf dan Doc"

Post a Comment

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel