-->

Laporan Pendahulan Hipoglikemia (Penurunan Kadar Gula Darah) Lengkap Download Pdf dan Doc

Salalu kami bagikan suatu artikel kesehatan ataupun tentang berbagai macam penyakit yang kami sajikan dalam laporan pendahuluan (LP), Asuhan Keperawatan (askep), Makalah. Pada kesempatan kali ini kami akan bagikan Laporan Pendahuluan Hipoglikemia yang dapat dodownload dalam format Pdf dan Doc.

Laporan Pendahulan Hipoglikemia telah kami buat dengan lengkap dari berbagai sumber dan referensi terbaru dimulai dari pengertian hipoglikemia, penyebab, patofisiologi, pathway , tandan dan gejala, komplikasi , dan konsep asuhan keperawatan seperti diagnosa dan intervensi hipoglikemia.

LP / Askep Hipoglikemia telah kami sediakan link download dalam dua format Pdf dan Doc pada akhir artikel ini.

Laporan Pendahuluan Hipoglikemia

Definisi

Hipoglikemia merupakan suatu kegagalan dalam mencapai batas normal kadar glukosa darah (Kedia,2011).
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009).


Klasifikasi

Hipoglikemia akut menunjukkan gejala Triad Whipple. Triad Whipple meliputi:

  1. Keluhan adanya kadar glukosa darah plasma yang rendah. Gejala otonom seperti berkeringat, jantung berdebar-debar, tremor, lapar.
  2. <60 bahwa="" br="" cnaughton="" dapat="" darah="" dibawah="" disimpulkan="" dl.="" dl="" glukosa="" hipoglikemia="" jadi="" kadar="" merupakan="" mg="" normal="" yaitu="">Kadar glukosa darah yang rendah (<3 mmol/L). Gejala neuroglikopenik seperti bingung, mengantuk, sulit berbicara, inkoordinasi, perilaku berbeda, gangguan visual, parestesi, mual sakit kepala.
  3. Hilangnya dengan cepat keluhan sesudah kelainan biokimia dikoreksi.

<60 bahwa="" br="" cnaughton="" dapat="" darah="" dibawah="" disimpulkan="" dl.="" dl="" glukosa="" hipoglikemia="" jadi="" kadar="" merupakan="" mg="" normal="" yaitu=""><3 berbeda="" berbicara="" bingung="" br="" gangguan="" gejala="" inkoordinasi="" kepala.="" mengantuk="" mmol="" mual="" neuroglikopenik="" parestesi="" perilaku="" sakit="" seperti="" sulit="" visual="">Hipoglikemia juga dapat dibedakan menjadi:
  1. True hipoglikemi, ditandai dengan kadar glukosa darah sewaktu < 60 mg/dl 
  2. Koma hipoglikemi, ditandai dengan kadar glukosa darah sewaktu < 30 mg/dl 
  3. Reaksi hipoglikemi, yaitu bila kadar glukosa darah sebelumnya naik, kemudian diberi obat hipoglikemi dan muncul tanda-tanda hipoglikemia namun kadar glukosa darah normal.
  4. Reaktif hipoglikemi, timbul tanda-tanda hipoglikemi 3-5 jam sesudah makan. Biasanya merupakan tanda prediabetik atau terjadi pada anggota keluarga yang terkena diabetes melitus.

Etiologi/Penyebab


Dosis pemberian insulin yang kurang tepat, kurangnya asupan karbohidrat karena menunda atau melewatkan makan, konsumsi alkohol, peningkatan pemanfaatan karbohidrat karena latihan atau penurunan berat badan (Kedia, 2011).


Patofisiologi


Dalam diabetes, hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin relative ataupun absolute dan juga gangguan pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma glukosa. Mekanisme pertahanan fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar glukosa darah, baik pada penderita diabetes tipe I ataupun pada penderita diabetes tipe II. Glukosa sendiri merupakan bahan bakar metabolisme yang harus ada untuk otak. Efek hipoglikemia terutama berkaitan dengan sistem saraf pusat, sistem pencernaan dan sistem peredaran darah (Kedia, 2011).

Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak. Selain itu otak tidak dapat mensintesis glukosa dan hanya menyimpan cadangan glukosa (dalam bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu, fungsi otak yang normal sangat tergantung pada konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi. Gangguan glukosa dapat menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat sehingga terjadi penurunan suplai glukosa ke otak. Karena terjadi penurunan suplai glukosa ke otak dapat menyebabkan terjadinya penurunan suplai oksigen ke otak sehingga akan menyebabkan pusing, bingung, lemah (Kedia, 2011).

<60 bahwa="" br="" cnaughton="" dapat="" darah="" dibawah="" disimpulkan="" dl.="" dl="" glukosa="" hipoglikemia="" jadi="" kadar="" merupakan="" mg="" normal="" yaitu="">
Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70-110 mg/dL. Penurunan konsentrasi glukosa darah akan memicu respon tubuh, yaitu penurunan kosentrasi insulin secara fisiologis seiring dengan turunnya konsentrasi glukosa darah, peningkatan konsentrasi glucagon dan epineprin sebagai respon neuroendokrin pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal, dan timbulnya gejala- gejala neurologic (autonom) dan penurunan kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal (Setyohadi, 2012). Penurunan kesadaran akan mengakibatkan depresan pusat pernapasan sehingga akan mengakibatkan pola nafas tidak efektif (Carpenito, 2007).

<3 berbeda="" berbicara="" bingung="" br="" gangguan="" gejala="" inkoordinasi="" kepala.="" mengantuk="" mmol="" mual="" neuroglikopenik="" parestesi="" perilaku="" sakit="" seperti="" sulit="" visual="">
Batas kosentrasi glukosa darah berkaitan erat dengan system hormonal, persyarafan dan pengaturan produksi glukosa endogen serta penggunaan glukosa oleh organ perifer.Insulin memegang peranan utama dalam pengaturan kosentrasi glukosa darah. Apabila konsentrasi glukosa darah menurun melewati batas bawah konsentrasi normal, hormon-hormon konstraregulasi akan melepaskan. Dalam hal ini, glucagon yang diproduksi oleh sel α pankreas berperan penting sebagai pertahanan utama terhadap hipoglikemia. Selanjutnya epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan juga berperan meningkatkan produksi dan mengurangi penggunaan glukosa. Glukagon dan epinefrin merupakan dua hormon yang disekresi pada kejadian hipoglikemia akut. Glukagon hanya bekerja dalam hati. Glukagon mulamula meningkatkan glikogenolisis dan kemudian glukoneogenesis, sehingga terjadi penurunan energi akan menyebabkan ketidakstabilan kadar glukosa darah (Herdman, 2010).
Penurunan kadar glukosa darah juga menyebabkan terjadi penurunan perfusi jaringan perifer, sehingga epineprin juga merangsang lipolisis di jaringan lemak serta proteolisis di otot yang biasanya ditandai dengan berkeringat, gemetaran, akral dingin, klien pingsan dan lemah (Setyohadi, 2012).
Pelepasan epinefrin, yang cenderung menyebabkan rasa lapar karena rendahnya kadar glukosa darah akan menyebabkan suplai glukosa ke jaringan menurun sehingga masalah keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat muncul.(Carpenito, 2007).


Pathway Hipoglikemi

<60 bahwa="" br="" cnaughton="" dapat="" darah="" dibawah="" disimpulkan="" dl.="" dl="" glukosa="" hipoglikemia="" jadi="" kadar="" merupakan="" mg="" normal="" yaitu=""><3 berbeda="" berbicara="" bingung="" br="" gangguan="" gejala="" inkoordinasi="" kepala.="" mengantuk="" mmol="" mual="" neuroglikopenik="" parestesi="" perilaku="" sakit="" seperti="" sulit="" visual="">

<60 bahwa="" br="" cnaughton="" dapat="" darah="" dibawah="" disimpulkan="" dl.="" dl="" glukosa="" hipoglikemia="" jadi="" kadar="" merupakan="" mg="" normal="" yaitu="">

<3 berbeda="" berbicara="" bingung="" br="" gangguan="" gejala="" inkoordinasi="" kepala.="" mengantuk="" mmol="" mual="" neuroglikopenik="" parestesi="" perilaku="" sakit="" seperti="" sulit="" visual="">
Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara lain:

  1. Adrenergik seperti: pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar, lapar, cemas, gelisah, sakit kepala, mengantuk.
  2. Neuroglikopenia seperti bingung, bicara tidak jelas, perubahan sikap perilaku, lemah, disorientasi, penurunan kesadaran, kejang, penurunan terhadap stimulus bahaya.

Komplikasi


Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah selalu dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu hipoglikemia juga dapat mengakibatkan kerusakan otak akut. Hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan neuropsikologis berat karena efek hipoglikemia berkaitan dengan sistem saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara yang abnormal (Jevon, 2010) dan menurut Kedia (2011) hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai kematian. 

Pemeriksaan Penunjang

  1. Gula darah puasa: Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
  2. Gula darah 2 jam post prandial: Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam 
  3. HBA1c: Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
  4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
  5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi

Penatalaksanaan Medis



<60 bahwa="" br="" cnaughton="" dapat="" darah="" dibawah="" disimpulkan="" dl.="" dl="" glukosa="" hipoglikemia="" jadi="" kadar="" merupakan="" mg="" normal="" yaitu="">
Menurut Kedia (2011), pengobatan hipoglikemia tergantung pada keparahan dari hipoglikemia. Hipoglikemia ringan mudah diobati dengan asupan karbohidrat seperti minuman yang mengandung glukosa, tablet glukosa, atau mengkonsumsi makanan rigan. Dalam Setyohadi (2011), pada minuman yang mengandung glukosa, dapat diberikan larutan glukosa murni 20- 30 gram (1 ½ - 2 sendok makan). Pada hipoglikemia berat membutuhkan bantuan eksternal, antara lain (Kedia, 2011) :

  1. Dekstrosa: Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena pingsan, kejang, atau perubahan status mental, pada keadaan darurat dapat pemberian dekstrosa dalam air pada konsentrasi 50% adalah dosis biasanya diberikan kepada orang dewasa, sedangkankonsentrasi 25% biasanya diberikankepada anak-anak.
  2. Glukagon: Sebagai hormon kontra-regulasi utama terhadap insulin, glucagon adalah pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia berat. Tidak seperti dekstrosa, yang harus diberikan secara intravena dengan perawatan kesehatan yang berkualitas profesional, glucagon dapat diberikan oleh subkutan (SC) atau intramuskular (IM) injeksi oleh orang tua atau pengasuh terlatih. Hal ini dapat mencegah keterlambatan dalam memulai pengobatan yang dapat dilakukan secara darurat.

 Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Primer Hipoglikemia
a. Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah ada secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan :
  • Chin lift/ Jaw thrust
  • Suction
  • Guedel Airway
  • Instubasi Trakea
b. Breathing
Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :
  • Beri oksigen
  • Posisikan semi Flower
c. Circulation
Menilai sirkulasi / peredaran darah
  • Cek capillary refill
  • Pemberian infus
  • Auskultasi adanya suara nafas tambahan
  • Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.
  • Cek Frekuensi Pernafasan
  • Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
  • Cek tekanan darah
Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil
d. Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien.Posisikan pasien posisi semi fowler, esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi.Segera berikan Oksigen sesuai dengan kebutuhan, atau instruksi dokter.

2. Pengkajian Sekunder Hipoglikemia
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
a. Keluhan utama :
sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.
b. Riwayat :
  • ANC
  • Perinatal
  • Post natal
  • Imunisasi
  • Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
  • Pemakaian parenteral nutrition
  • Sepsis
  • Enteral feeding
  • Pemakaian Corticosteroid therapi
  • Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
  • Kanker
c. Data fokus
Data Subyektif:
  • Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
  • Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
  • Rasa lapar (bayi sering nangis)
  • Nyeri kepala
  • Sering menguap
  • Irritabel
Data obyektif:
  • Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
  • Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma
  • Plasma glukosa < 50 gr 
3. Pengkajian Head To Toe
  1. Kepala : mesochepal, tidak ada lesi, tidak ada hematoma, tidak adanyeri tekan
  2. Rambut : warna hitam, kusut, tidak ada kebotakan
  3. Mata : pengelihatan normal, diameter pupil 3, sclera ikterik,konjungtiva anemis, pupil isokor
  4. Hidung : bentuk simertis, tidak ada perdarahan, tidak ada secret, terpasang O2 nasal 5 liter/menit
  5. Telinga : bentuk normal, pendengaran normal, tidak ada secret,tidak ada perdarahan
  6. Mulut dan gigi :mukosa kering, mulut bersih
  7. Leher :tidak ada pembesaran tyroid, nadi karotis teraba, tidak adapembesaran limfoid
  8. Thorax : 
  • I : ekspansi dada tidak simetris, tidak ada luka, frekuensi nafas tidak teratur
  • P : tidak ada udema pulmo
  • P : ada nyeri tekan dada kiri
  • A : bunyi jantung S1,S2 tunggal, bunyi paru ronchi
9. Abdomen :
  • I : tidak ada luka, tidak ada asites
  • A : bising usus normal 10 x/menit
  • P : suara timpani
  • P : ada pembesaran hati, tidak ada nyeri tekan
10. Genitalia : terpasang DC, tidak ada darah
11.Eksteremitas : kekuatan otot 3 3

ROM : penuh, Akral hangat, tidak ada edema, terpasang infuse RL di lengan kanan

12. Pola pemenuhan kebutuhan dasar Virginia Handerson :
1.Pola oksigenasi
Sebelum sakit : pasien bernafas secara normal, tidak menderita penyakitpernafasan
Saat dikaji : pasien sesak nafas, RR 22x/ menit

2. Pola nutrisi
Sebelum sakit : pasien makan 3x sehari (nasi, sayur, dan lauk)pasien suka makan yang mengandung kolesterol tinggi, minum 6-8 gelas/hari
Saat dikaji : pasien makan sesuai diit yang telah diberikan, minum 4-5 gelas/hari

3.Pola eliminasi 
Sebelum sakit : pasien BAK 4-6x/hari dan BAB 1x/hari
Saat dikaji : pasien BAK 3-5x/hari dan BAB 1x/hari

4. Pola aktivitas/ bekerja 
Sebelum sakit : pasien melakukan aktivitas secara mandiri, bekerja sebagai wiraswasta
Saat dikaji : aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan tidak dapat bekerja.



5.Pola istirahat 
<60 bahwa="" br="" cnaughton="" dapat="" darah="" dibawah="" disimpulkan="" dl.="" dl="" glukosa="" hipoglikemia="" jadi="" kadar="" merupakan="" mg="" normal="" yaitu="">
Sebelum sakit : pasien istirahat/ tidur 8-10 jam/hari
<3 berbeda="" berbicara="" bingung="" br="" gangguan="" gejala="" inkoordinasi="" kepala.="" mengantuk="" mmol="" mual="" neuroglikopenik="" parestesi="" perilaku="" sakit="" seperti="" sulit="" visual="">
Saat dikaji : pasien istirahat/ tidur 7-9jam/hari



6.Pola suhu 
<60 bahwa="" br="" cnaughton="" dapat="" darah="" dibawah="" disimpulkan="" dl.="" dl="" glukosa="" hipoglikemia="" jadi="" kadar="" merupakan="" mg="" normal="" yaitu="">
Sebelum sakit : pasien tidak pernah demam (suhu normal)
<3 berbeda="" berbicara="" bingung="" br="" gangguan="" gejala="" inkoordinasi="" kepala.="" mengantuk="" mmol="" mual="" neuroglikopenik="" parestesi="" perilaku="" sakit="" seperti="" sulit="" visual="">
Saat dikaji : suhu pasien normal 360C



7. Pola gerak dan keseimbangan
<60 bahwa="" br="" cnaughton="" dapat="" darah="" dibawah="" disimpulkan="" dl.="" dl="" glukosa="" hipoglikemia="" jadi="" kadar="" merupakan="" mg="" normal="" yaitu="">
Sebelum sakit : pasien dapat melakukan gerak bebas sesuai keinginannya
<3 berbeda="" berbicara="" bingung="" br="" gangguan="" gejala="" inkoordinasi="" kepala.="" mengantuk="" mmol="" mual="" neuroglikopenik="" parestesi="" perilaku="" sakit="" seperti="" sulit="" visual="">
Saat dikaji : pasien hanya melakukan gerak-gerak terbatas karenasesak dan nyeri dada kiri



8. Pola berpakaian
<60 bahwa="" br="" cnaughton="" dapat="" darah="" dibawah="" disimpulkan="" dl.="" dl="" glukosa="" hipoglikemia="" jadi="" kadar="" merupakan="" mg="" normal="" yaitu="">
Sebelum sakit : pasien dapat mengenakan pakaiannya secara mandiri danmemakai pakaian kesayangannya
<3 berbeda="" berbicara="" bingung="" br="" gangguan="" gejala="" inkoordinasi="" kepala.="" mengantuk="" mmol="" mual="" neuroglikopenik="" parestesi="" perilaku="" sakit="" seperti="" sulit="" visual="">
Saat dikaji : pasien menggunakan pakaian seadaanya dan dibantu keluarga saat mengganti pakaiannya

9. Pola personal hygine
Sebelum sakit : pasien biasa mandi 2xsehari dengan air bersih dan sabun mandi tanpa bantuan keluarganya
Saat dikaji : pasien mandi dengan cara diseka dan dibantu keluarganya



10.Pola komunikasi
<60 bahwa="" br="" cnaughton="" dapat="" darah="" dibawah="" disimpulkan="" dl.="" dl="" glukosa="" hipoglikemia="" jadi="" kadar="" merupakan="" mg="" normal="" yaitu="">
Sebelum sakit : pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai bahasadaerah
<3 berbeda="" berbicara="" bingung="" br="" gangguan="" gejala="" inkoordinasi="" kepala.="" mengantuk="" mmol="" mual="" neuroglikopenik="" parestesi="" perilaku="" sakit="" seperti="" sulit="" visual="">
Saat dikaji : pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai bahasadaerah



11.Pola spiritual 
<60 bahwa="" br="" cnaughton="" dapat="" darah="" dibawah="" disimpulkan="" dl.="" dl="" glukosa="" hipoglikemia="" jadi="" kadar="" merupakan="" mg="" normal="" yaitu="">
Sebelum sakit : pasien beribadah sesuai agamanya
<3 berbeda="" berbicara="" bingung="" br="" gangguan="" gejala="" inkoordinasi="" kepala.="" mengantuk="" mmol="" mual="" neuroglikopenik="" parestesi="" perilaku="" sakit="" seperti="" sulit="" visual="">
Saat dikaji : pasien terganggu dalam melakukan ibadah (sholat)



12. Pola aman & nyaman
<60 bahwa="" br="" cnaughton="" dapat="" darah="" dibawah="" disimpulkan="" dl.="" dl="" glukosa="" hipoglikemia="" jadi="" kadar="" merupakan="" mg="" normal="" yaitu="">
Sebelum sakit : pasien merasa aman dan nyaman hidup bersama keluarga
<3 berbeda="" berbicara="" bingung="" br="" gangguan="" gejala="" inkoordinasi="" kepala.="" mengantuk="" mmol="" mual="" neuroglikopenik="" parestesi="" perilaku="" sakit="" seperti="" sulit="" visual="">
Saat dikaji : pasien merasa gelisah dirawat di rumah sakit



13.Pola rekreasi
<60 bahwa="" br="" cnaughton="" dapat="" darah="" dibawah="" disimpulkan="" dl.="" dl="" glukosa="" hipoglikemia="" jadi="" kadar="" merupakan="" mg="" normal="" yaitu="">
Sebelum sakit : pasien kadang-kadang berekreasi ke tempat-tempat wisata
<3 berbeda="" berbicara="" bingung="" br="" gangguan="" gejala="" inkoordinasi="" kepala.="" mengantuk="" mmol="" mual="" neuroglikopenik="" parestesi="" perilaku="" sakit="" seperti="" sulit="" visual="">
Saat dikaji : pasien tidak dapat berekreasi, hanya tidurandi tempat tidur dan cenderung diam 



14.Pola belajar
<60 bahwa="" br="" cnaughton="" dapat="" darah="" dibawah="" disimpulkan="" dl.="" dl="" glukosa="" hipoglikemia="" jadi="" kadar="" merupakan="" mg="" normal="" yaitu="">
Sebelum sakit :pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya
<3 berbeda="" berbicara="" bingung="" br="" gangguan="" gejala="" inkoordinasi="" kepala.="" mengantuk="" mmol="" mual="" neuroglikopenik="" parestesi="" perilaku="" sakit="" seperti="" sulit="" visual="">
Saat dikaji :pasien mengetahui penyakitnya gagal jantung kronik


Diagnosa Keperawatan

  1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas, peningkatan secret
  2. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan disfungsi sistem saraf pusat akibat hipoglikemia
  3. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
  4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokonstriksi pembuluh darah

Intervensi Keperawatan



<60 bahwa="" br="" cnaughton="" dapat="" darah="" dibawah="" disimpulkan="" dl.="" dl="" glukosa="" hipoglikemia="" jadi="" kadar="" merupakan="" mg="" normal="" yaitu="">
DP 1
<3 berbeda="" berbicara="" bingung="" br="" gangguan="" gejala="" inkoordinasi="" kepala.="" mengantuk="" mmol="" mual="" neuroglikopenik="" parestesi="" perilaku="" sakit="" seperti="" sulit="" visual="">
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas, peningkatan secret



NOC
<60 bahwa="" br="" cnaughton="" dapat="" darah="" dibawah="" disimpulkan="" dl.="" dl="" glukosa="" hipoglikemia="" jadi="" kadar="" merupakan="" mg="" normal="" yaitu="">
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan jalan napas normal dengan kriteria:
<3 berbeda="" berbicara="" bingung="" br="" gangguan="" gejala="" inkoordinasi="" kepala.="" mengantuk="" mmol="" mual="" neuroglikopenik="" parestesi="" perilaku="" sakit="" seperti="" sulit="" visual="">
Respiratory status: airway patency

  • Frekuensi pernapasan dalam batas normal (16-20x/mnt)
  • Irama pernapasn normal
  • Kedalaman pernapasan normal
  • Klien mampu mengeluarkan sputum secara efektif
  • Tidak ada akumulasi sputum
NIC
Airway Management
  • Auskultasi bunyi nafas tambahan; ronchi, wheezing.
  • Berikan posisi yang nyaman untuk mengurangi dispnea.
  • Bersihkan sekret dari mulut dan trakea; lakukan penghisapan sesuai keperluan.
  • Anjurkan asupan cairan adekuat.
  • Ajarkan batuk efektif
  • Kolaborasi pemberian oksigen
  • Kolaborasi pemberian broncodilator sesuai indikasi.
Rasional
  • Adanya bunyi ronchi menandakan terdapat penumpukan sekret atau sekret berlebih di jalan nafas.
  • posisi memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke jalan nafas besar untuk dikeluarkan.
  • Mencegah obstruksi atau aspirasi. Penghisapan dapat diperlukan bia klien tak mampu mengeluarkan sekret sendiri.
  • Mengoptimalkan keseimbangan cairan dan membantu mengencerkan sekret sehingga mudah dikeluarkan
  • Fisioterapi dada/ back massage dapat membantu menjatuhkan secret yang ada dijalan nafas.
  • Meringankan kerja paru untuk memenuhi kebutuhan oksigen serta memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh.
  • Broncodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trakeobronkial sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara.

DP 2

Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan disfungsi system saraf pusat akibat hipoglikemia



<60 bahwa="" br="" cnaughton="" dapat="" darah="" dibawah="" disimpulkan="" dl.="" dl="" glukosa="" hipoglikemia="" jadi="" kadar="" merupakan="" mg="" normal="" yaitu="">
NOC



<60 bahwa="" br="" cnaughton="" dapat="" darah="" dibawah="" disimpulkan="" dl.="" dl="" glukosa="" hipoglikemia="" jadi="" kadar="" merupakan="" mg="" normal="" yaitu="">
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan gangguan perfusi jaringan cerebral normal dengan kriteria:
<3 berbeda="" berbicara="" bingung="" br="" gangguan="" gejala="" inkoordinasi="" kepala.="" mengantuk="" mmol="" mual="" neuroglikopenik="" parestesi="" perilaku="" sakit="" seperti="" sulit="" visual="">
Tissue Prefusion : cerebral

  • Tingkat kesadaran komposmentis
  • Disorientasi tempat, waktu, orang secara tepat
  • TTV dalam batas normal (suhu 35,5ºC – 37,5ºC, nadi 60-100 x/menit, tekanan darah 120/80 mmHg)

NIC

Intracranial Pressure (ICP) Monitoring ( Monitor tekanan intrakranial )
  • Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
  • Pertahankan posisi tirah baring dengan posisi kepala head up
  • Bantu pasien untuk berkemih, membatasi batuk, muntah, mengejan, anjurkan pasien napas dalam selama pergerakan
  • Pantau status neurologis dengan teratur
  • Pantau TTV
Rasional
  • Agar pasien lebih kooperatif
  • Perubahan tekanan CSS merupakan potensi resiko herniasi batang otak
  • aktivitas seperti ini akan meningkatkan intra thorak dan abdomen yang dapat meningkatkan TIK
  • Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK sangat berguna dalam menentukan lokalisasi
  • Perubahan pada frekuensi jantung mencerminkan trauma/tekanan batang otak

DP 3

Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik



<60 bahwa="" br="" cnaughton="" dapat="" darah="" dibawah="" disimpulkan="" dl.="" dl="" glukosa="" hipoglikemia="" jadi="" kadar="" merupakan="" mg="" normal="" yaitu="">
NOC
<3 berbeda="" berbicara="" bingung="" br="" gangguan="" gejala="" inkoordinasi="" kepala.="" mengantuk="" mmol="" mual="" neuroglikopenik="" parestesi="" perilaku="" sakit="" seperti="" sulit="" visual="">
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan defisit volume cairan teratasi dengan kriteria:
Fluid Balance

  • TTV stabil (N:60-100 x/menit, TD: 100-140/80-90 mmHg, S: 36,5-370C, RR: 12-20 x/menit),
  • nadi perifer teraba kuat
  • turgor kulit baik
  • CRT < 2 detik 5. haluaran urine >1500-1700 cc/hari
  • kadar elektrolit urin dalam batas normal.

NIC

Fluid Management
  • Batasi intake cairan yang mengandung gula dan lemak misalnya cairan dari buah yang manis.
  • Kolaborasi dalam pemberian terapi cairan 1500-2500 ml dalam batas yang dapat ditoleransi jantung.
  • Observasi suhu, warna, turgor kulit dan kelembaban, pengisian kapiler dan membran mukosa.
  • Pantau masukan dan pengeluaran, catat balance cairan
  • Observasi TTV, catat adanya perubahan TD, Turgor kulit, CRT.

Rasional

  • Menghindari kelebihan ambang ginjal dan menurunkan tekanan osmosis.
  • Mempertahankan komposisi cairan tubuh, volume sirkulasi dan menghindari overload jantung.
  • Dehidrasi yang disertai demam akan teraba panas, kemerahan dan kering di kulit sebagai indikasi penurunan volume pada sel.
  • Memberikan perkiraan kebutuhan cairan tubuh (60-70% BB adalah air).
  • Penurunan volume cairan darah akibat diuresis osmotik dapat dimanifestasikan oleh hipotensi, takikardi, nadi teraba lemah, CRT yang lambat, turgor kulit yang tidak elastis.

DP 4

Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokonstriksi pembuluh darah


NOC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan penurunan curah jantung normal dengan kriteria:
  • Circulation Status
  • Vital Sign Status
  1. TTV ( TD 120/80 mmHg, Nadi 60-100 x/menit ) dalam batas normal.
  2. Kesadaran Composmentis
  3. CRT < 2 detik. 
  4. Sp O2 95-100 %

NIC

Vital Sign Monitor
  • Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
  • Berikan waktu istirahat yang cukup/adekuat.
  • Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
  • Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi diuretik.
  • Observasi: Nadi ( irama, frekuensi ), Tekanan Darah.

Rasional

  • Agar pasien lebih kooperatif
  • Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi
  • Pembatasan ini dapat menangani retensi cairan dengan respon hypertensive, dengan demikian menurunkan beban kerja jantung
  • Diuretik meningkatkan aliran urine dan menghalangi reabsorsi dari sodium/klorida didalam tubulus ginjal
  • Tachycardia merupakan tanda kompensasi jantung terhadap penurunan kontraktilitas jantung. Mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat dipengaruhi oleh CO dan pengisisan jantung.
Daftar Pustaka
  • Carpenito. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6. Jakarta : EGC
  • Eko, Wahyu. 2012. Penyakit Penyebab Kematian Tertinggi di Indonesia. diakses tanggal 12 Oktober 2012. Jam 19.30. http://www.kpindo.com/artikel
  • Herdman, Heather. 2010. Nanda International Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009- 2011. Jakarta: EGC
  • Jevon, Philip. 2010. Basic Guide To Medical Emergencies In The Dental Practice. Inggris: Wiley Blackwell
  • Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic Hypoglycemia With Glucagon: an Underutilized Therapeutic Approach. Dove Press Journal
  • McNaughton, Candace D. 2011. Diabetes in the Emergency Department: Acute Care of Diabetes Patients. Clinical Diabetes
  • RA, Nabyl. 2009. Cara mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes Mellitus. Yogyakarta : Aulia Publishing
  • Setyohadi, Bambang. 2011. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

Untuk Mendownload file laporan Pendahulan Hipoglikemia telah kami sediakan link download sebagai berikut:
  • Laporan Pendahuluan Hipoglikemia format Pdf (Download)
  • Laporan Pendahuluan Hipoglikemia format Doc (Download)


Terima Kasih banyak sudah membaca ataupun mendownload Laporan pendahuluan semoga bermanfaat dan bisa menjadi referensi dalam mengerjakan tugasnya.

0 Response to "Laporan Pendahulan Hipoglikemia (Penurunan Kadar Gula Darah) Lengkap Download Pdf dan Doc"

Post a Comment

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel