-->

Laporan Pendahuluan / LP Atresia Ani( tidak Ada Anus) Lengkap Download Format Pdf dan Doc

Pada kesempatan kali ini kami akan membagikan artikel masalah penyakit Laporan pendahulan / LP Atresia Ani ( tidak ada lubung Anus Sejak lahir). Atresia ani merupakan penyakit yang diderita pada saat bayi sejak mereka dilahirkan yang tidak mempunyai anus. Sebelum artikel LP atresia ani kami telah membagikan terlebih dahulu LP Hisprung.

LP Atresia Ani ini kami buat dengan lengkap dari berbagai sumber dan referensi terbaru untuk membatu teman-teman dalam melaksanakan tugas Asuhan Keperawatan / Askep ataupun makalah baik di rumah sakit ataupun di akademinya yang berhubungan dengan LP Atresia Ani. Kode ICD Atresia Ani Q42.3
LP / Makalah Atresia Ani telah kami sediakan link Download dalam dua format Pdf dan Doc pada akhir artikel ini

LAPORAN PENDAHULUAN / LP ATRESIA ANI

Pengertian

Atresia Ani / Atresia Rekti adalah ketiadaan atau tertutupnya rectal secara congenital (Dorland, 1998).

Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 2003: 205).
Suatu perineum tanpa apertura anal diuraikan sebagai inperforata. Ladd dan Gross (1966) membagi anus inperforata dalam 4 golongan, yaitu:
  1. Stenosis rectum yang lebih rendah atau pada anus
  2. Membran anus menetap
  3. Anus inperforata dan ujung rectum yang buntu terletak pada bermacam-macam jarak dari peritoneum
  4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung rectum yang buntu
Pada golongan 3 hampir selalu disertai fistula, pada bayi wanita yang sering ditemukan fisula rektovaginal (bayi buang air besar lewat vagina) dan jarang rektoperineal, tidak pernah rektobrinarius. Sedang pada bayi laki-laki dapat terjadi fistula rektourinarius dan berakhir dikandung kemih atau uretra serta jarang rektoperineal.

Etiologi

Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
  1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
  2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan.
  3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
Fatofisiologi
  • Terjadinya anus imperforata karena kelainan congenital dimana saat proses perkembangan embrionik tidak lengkap pada proses perkembangan anus dan rectum. Dalam perkembangan selanjutnya ujung ekor dari belakang berkembang jadi kloaka yang juga akan berkembang jadi genitor urinary dan struktur anoretal.
  • Atresia ani ini terjadi karena tidak sempurnanya migrasi dan perkembangan kolon antara 12 minggu atau tiga bulan selama perkembangan janin. Kegagalan tersebut terjadi karena abnormalitas pada daerah uterus dan vagina, atau juga pada proses obstruksi. Anus imperforate ini terjadi karena tidak adanya pembukaan usus besar yang keluar anus sehingga menyebabkan feses tidak dapat dikeluarkan.
  • Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstuksi dan adanya 'fistula. Obstuksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperchloremia, sebaliknya feses mengalir kearah traktus urinarius menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara rectum dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina (rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki- laki biasanya letak tinggi, umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostate (rektovesika) pada letak rendah fistula menuju ke urethra (rektourethralis)

Fathway Atresia Ani



Ganbaran Klinis


Pada sebagian besar anomati ini neonatus ditemukan dengan obstruksi usus. Tanda berikut merupakan indikasi beberapa abnormalitas:
  1. Tidak adanya apertura anal
  2. Mekonium yang keluar dari suatu orifisium abnormal
  3. Muntah dengan abdomen yang kembung
  4. Kesukaran defekasi, misalnya dikeluarkannya feses mirip seperti stenosis

Untuk mengetahui kelainan ini secara dini, pada semua bayi baru lahir harus dilakukan colok anus dengan menggunakan termometer yang dimasukkan sampai sepanjang 2 cm ke dalam anus. Atau dapat juga dengan jari kelingking yang memakai sarung tangan. Jika terdapat kelainan, maka termometer atau jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat normal dan penyumbatan terdapat lebih tinggi dari perineum. Gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah berwarna hijau.

Pemeriksaan Penunjang
  1. X-ray, ini menunjukkan adanya gas dalam usus
  2. Pewarnaan radiopak dimasukkan kedalam traktus urinarius, misalnya suatu sistouretrogram mikturasi akan memperlihatkan hubungan rektourinarius dan kelainan urinarius
  3. Pemeriksaan urin, perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat mekonium .
Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :
  1. Asidosis hiperkioremia.
  2. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
  3. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
  4. Komplikasi jangka panjang: Eversi mukosa anal, Stenosis (akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis)
  5. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
  6. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)
  7. Prolaps mukosa anorektal.
  8. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi)n (Ngastiyah, 1997 : 248)


Klasifikasi


Klasifikasi atresia ani :
  • Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat keluar.
  • Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
  • Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus
  • Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum (Wong, Whaley. 1985)
Penatalaksanaan
  • Medik:
  1. Eksisi membran anal
  2. Fistula, yaitu dengan melakukan kolostomi sememtara dan setelah umur 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus
  • Keperawatan
Kepada orang tua perlu diberitahukan mengenai kelainan pada anaknya dan keadaan tersebut dapat diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi akan dilakukan 2 tahap yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan dilakukan operasi tahapan ke 2, selain itu perlu diberitahukan perawatan anus buatan dalam menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi. Serta memperhatikan kesehatan bayi.


Konsep Perawatan


Pengkajian


Diperlukan pengkajian yang cermat dan teliti untuk mengetahui masalah pasien dengan tepat, sebab pengkajian merupakan awal dari proses keperawatan. Dan keberhasilan proses keperawatan tergantung dari pengkajian. Konsep teori yang difunakan penulis adalah model konseptual keperawatan dari Gordon. Menurut Gordon data dapat dikelompokkan menjadi 11 konsep yang meliputi :
  • Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan: Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di rumah.
  • Pola nutrisi – Metabolik: Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umu terjadi pada pasien dengan atresia ani post kolostomi. Keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu oleh mual dan munta dampak dari anestesi.
  • Pola Eliminasi: Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru maka tubuh dibersihkan dari bahan - bahan yang melebihi kebutuhan dan dari produk buangan. Oleh karena pada atresia ani tidak terdapatnya lubang pada anus, sehingga pasien akan mengalami kesulitan dalam defekasi (Whaley & Wong,1996).
  • Pola Aktivitas dan Latihan: Pola latihan dan aktivitas dipertahankan untuk menhindari kelemahan otot.
  • Pola Persepsi Kognitif: Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
  • Pola Tidur dan Istirahat: Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeri pada luka inisisi.
  • Konsep Diri dan Persepsi Diri: Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body comfort. Terjadi perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena dampak luka jahitan operasi (Doenges,1993).
  • Peran dan Pola Hubungan: Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit. Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran (Doenges,1993).
  • Pola Reproduktif dan Sexual: Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagi alat reproduksi (Doenges,1993).
  • Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi: Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, rumah (Doenges,1993).
  • Pola Keyakinan dan Nilai: Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah (Mediana,1998).
Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah anus tampak merah, usus melebar, kadang – kadang tampak ileus obstruksi, termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan oleh jaringan, pada auskultasi terdengan hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina (Whaley & Wong,1996).

Diagnosa Keperawatan
  • Gangguan eliminasi BAK b.d Dysuria
  • Gangguan rasa nyaman b.d vistel rektovaginal, Dysuria
  • Resti infeksi b.d feses masuk ke uretra, mikroorganisme masuk saluran kemih
  • Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah, anoreksia
  • Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d trauma jaringan post operasi
  • Resti infeksi b.d perawatan tidak adekuat, trauma jaringan post operasi
  • Resti kerusakan integritas kulit b.d perubahan pola defekasi, pengeluaran tidak terkontrol
Intervensi

DP 1
Gangguan eliminasi BAK b.d vistel rektovaginal, Dysuria

Tujuan:
Tidak terjadi perubahan pola eliminasi BAK setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan

KH:
  • Pasien dapat BAK dengan normal
  • Tidak ada perubahan pada jumlah urine
Intervensi:
Kaji pola eliminasi BAK pasien

  • Awasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine
  • Selidiki keluhan kandung kemih penuh
  • Awasi/observasi hasil laborat
  • Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
DP 2
Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d vistel rektovaginal, Dysuria

Tujuan:
Pasien merasa nyaman setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

KH:
  • Nyeri berkurang
  • Pasien merasa tenang
Intervensi:
kaji tingkat nyeri yang dirasakan pasien
  • Ajarkan teknik relaksasi distraksi
  • Berikan posisi yang nyaman pada pasien
  • Jelaskan penyebab nyeri dan awasi perubahan kejadian
  • Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
DP 3
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah, anoreksia

Tujuan:
Tidak terjadi kekurangan nutrisi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
KH :
  • Pasien tidak mengalami penurunan berat badan
  • Turgor pasien baik
  • Pasien tidak mual, muntah
  • Nafsu makan bertambah
Intervensi:
Uji KU pasien

  • Timbang berat badan pasien
  • Catat frekuensi mual, muntah pasien
  • Catat masukan nutrisi pasien
  • Beri motivasi pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi
  • Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan menu

DP 4

Nyeri b.d trauma jaringan post operasi (Kolostomi)

Tujuan:
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam pertama dengan

KH:

  • Nyeri berkurang
  • Pasien merasa tenang
  • Tidak ada perubahan tanda vital
Intervensi:
  • Kaji tingkat nyeri yang dirasakan pasien
  • Berikan penjelasan pada pasien tentang nyeri yang terjadi
  • Berikan tindakan kenyamanan, yakinkan pada pasien bahwa perubahan posisi tidak menciderai stoma
  • Ajarkan teknik relaksasi, distraksi
  • Bantu melakukan latihan rentang gerak
  • Awasi adanya kekakuan otot abdominal
  • Kolaborasi pemberian analgetik

DP 5
Resti kerusakan integritas kulit b.d perubahan pola defekasi, pengeluaran tidak terkontrol

Tujuan:
Tidak terjadi kerusakan integritas kulit setalah dilakukan tindakan keperawatan 24 jam pertama

KH:
  • Mempertahankan integritas kulit
  • Tidak terdapat tanda-tanda kerusakan integritas kulit
  • Mengindentifisikasi faktor resiko individu

Intervensi:
Lihat stoma/area kulit peristomal pada setiap penggantian kantong
  • Ukur stoma secara periodik misalnya tia perubahan kantong
  • Berikan perlindungan kulit yang efektif
  • Kosongkan irigasi dan kebersihan dengan rutin
  • Awasi adanya rasa gatal disekitar stoma
  • Kolaborasi dengan ahli terapi.

Daftar Pustaka

Brunner and Suddarth. (1996). Text book of Medical-Surgical Nursing. EGC. Jakarta.

Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans. Guidelines for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. EGC. Jakarta.

Dorland. (1998). Kamus Saku Kedokteran Dorlana. Alih Bahasa: Dyah Nuswantari Ed. 25. Jakarta: EGC

Prince A Sylvia. (1995). (patofisiologi). Clinical Concept. Alih bahasa : Peter Anugrah EGC. Jakarta.

Long, Barbara. C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Terjemahan: Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan. USA: CV Mosby

Untuk mendownload file laporan pendahuluan / LP Atresia Ani ( tidak ada lubung anus) kami telah sediakan link download dalam format Pdf dan Doc sebagai berikut:


Terima kasih banyak sudah membaca ataupun mendownload artikel LP Atresia ani/ tidak ada lubang anus semoga membantu dan bisa menjadi referensi  teman-teman dalam melaksanakn tugasnya.
Salam cinta Sehat...

0 Response to "Laporan Pendahuluan / LP Atresia Ani( tidak Ada Anus) Lengkap Download Format Pdf dan Doc"

Post a Comment

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel