-->

Laporan Pendahuluan / LP Cholelithiasis (Batu Empedu) lengkap Download Pdf dan Doc

Pada kesempatan kali ini kami akan berbagi artikel tentang Laporan pendahuluan / LP Cholelithiasis / Kolelitiasis ( Batu Empedu). Kolelitiasis/ Batu empedu merupakan penyakit yang terdapat dapa kandungan empedu yang sering terjadi pada orang dewasa sebagian besar pola makan dan gaya hidung yang tidak seimbang.
LP Cholelithiasis / Kolelitiasis ( Batu Empedu) telah kami buat dengan dengan lengkap dari berbagai sumber dan referensi yang terbaru supaya bisa membatu teman-teman yang sedang melaksanakn Tugas Asuhan Keperawatan / Askep yang berhubungan dengan LP Cholelithiasis / Kolelitiasis ( Batu Empedu). Kode ICD Cholelithiasis / Kolelitiasis ( Batu Empedu) K80.
LP / Makala Cholelithiasis / Kolelitiasis ( Batu Empedu) telah kami sediakan link untuk download dalam dua format Pdf dan Doc di akhir artikel dibawah ini.

CHOLELITHIASIS (BATU EMPEDU)

Pengertian 
  • Batu saluran empedu : adanya batu yang terdapat pada sal.empedu (Duktus Koledocus).
  • Batu Empedu(kolelitiasis) : adanya batu yang terdapat pada kandung empedu.
  • Radang empedu (Kolesistitis) : adanya radang pada kandung empedu.
  • Radang saluran empedu (Kolangitis) : adanya radang pada saluran empedu.
Penyebab

Batu di dalam kandung empedu. Sebagian besar batu tersusun dari pigmen-pigmen empedu dan kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin, kalsium dan protein.
Macam-macam batu yang terbentuk antara lain:

1. Batu empedu kolesterol, terjadi karena : kenaikan sekresi kolesterol dan penurunan produksi empedu.
Faktor lain yang berperan dalam pembentukan batu:
  • Infeksi kandung empedu
  • Usia yang bertambah
  • Obesitas
  • Wanita
  • Kurang makan sayur
  • Obat-obat untuk menurunkan kadar serum kolesterol
2. Batu pigmen empedu , ada dua macam;
  • Batu pigmen hitam : terbentuk di dalam kandung empedu dan disertai hemolisis kronik/sirosis hati tanpa infeksi
  • Batu pigmen coklat : bentuk lebih besar , berlapis-lapis, ditemukan disepanjang saluran empedu, disertai bendungan dan infeksi
3. Batu saluran empedu

Sering dihubungkan dengan divertikula duodenum didaerah vateri. Ada dugaan bahwa kelainan anatomi atau pengisian divertikula oleh makanan akan menyebabkan obstruksi intermiten duktus koledokus dan bendungan ini memudahkan timbulnya infeksi dan pembentukan batu.


Pathofisiologi 


Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang pada saluran empedu lainnya.

Faktor predisposisi yang penting adalah :
  • Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu
  • Statis empedu
  • Infeksi kandung empedu
Perubahan susunan empedu mungkin merupakan faktor yang paling penting pada pembentukan batu empedu. Kolesterol yang berlebihan akan mengendap dalam kandung empedu .

Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut.
Gangguan kontraksi kandung empedu dapat menyebabkan stasis. Faktor hormonal khususnya selama kehamilan dapat dikaitkan dengan perlambatan pengosongan kandung empedu dan merupakan insiden yang tinggi pada kelompok ini.

Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat memegang peranan sebagian pada pembentukan batu dengan meningkatkan deskuamasi seluler dan pembentukan mukus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler sebagai pusat presipitasi. Infeksi lebih sering sebagai akibat pembentukan batu empedu dibanding infeksi yang menyebabkan pembentukan batu.

Fathway Cholelithiasis (Batu Empedu)


Jenis Batu Empedu, Faktor Resiko dan Patogenesis


Jenis Batu
Faktor Resiko
Patogenesis
Batu
Empedu
kolesterol


















































Jenis kelamin perempuan
Perempuan lebih cenderung untuk mengembangkan batu empedu kolesterol dari pada laki-laki, khususnya pada masa reproduksi. Peningkatan batu empedu disebabkan oleh faktor esterogen-progesteron sehingga meningkatkan sekresi kolesterol bilier (Wong, 2009)
Peningkatan Usia
Peningkatan usia baik pada pria maupun wanita keduanya meningkatkan resiko terbentuknya batu pada kandung empedu (Ko, 1999)
Obesitas
Kondisi obesitas akan meningkatkan metabolisme umum, resistensi insulin, diabetes melitus type II, hipertensi dan hiperlipidemia berhubungan dengan peningkatan sekresi kolesterol hepatika dan merupakan faktor resiko utama untuk mengembangkan batu empedu kolesterol (Donovan 1999)
Kehamilan
Kolesterol batu empedu lebih sering terjadi pada wanita yang mengalami kehamilan multipel. Hal ini dianggap sebagai faktor utama adalah progesteron pada saat kehamilan tinggi. Progesteron yang mengurangi kontraktilitas kandung empedu, menyebabkan retensi berkepanjangan dan konsentrasi empedu lebih besar di kandung empedu (Lindseth, 2004)
Statis Billier
Kondisi stasis bilier menyebabkan peningkatan resiko batu empedu. Kondisi yang bisa meningkatkan kondisi stasis, seperti cedera tulang belakang, puasa berkepanjangan atau pemebrian diet nutrisi total parenteral (TPN, total parenteral nutrition) dan perubahan berat badan yang berhubungan dengan kalori dan pembatasan lemak (misalnya: diet, operasi bypass lambung). Kondisi stasis bilier akan menurunkan produksi garam empedu ke intestinal (Portincasa, 2006)
Obat-obatan
Esterogen yang diberikan untuk kontrasepsi atau untuk pengobatan kanker prostat meningkatkan resiko batu empedu kolesterol (Wang, 2009). Clofibrate dan obat fibrate hipolipidemic meningkatkan pengeluaran kolesterol hepatik melalui sekresi bilier dan tampaknya meningkatkan resiko batu empedu kolesterol (Shaffer, 2005). Analog somastostatin muncul sebagai faktor predisposisi untuk batu empedu dengan mengurangi pengosongan kandung empedu (Chiang, 2008)
Keturunan
Sekitar 25% dari batu empedu kolesterol, faktor predisposisi tampaknya adalah turun temurun, seperti yang dinilai penelitian terhadap kembar identik dan fraternal (Heuman, 2009). Kasus jarang pada sindrom fosfolipid rendah terkait kolelitiasis yang terjadi pada individu dengan kekurangan turun-temurun dari transportasi bilier lesitin protein yang diperlukan untuk sekresi (Ko, 2002)
Infeksi Bilier
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat memegang peranan sebagian pada peningkatan batu dengan meningkatkan dekuamasi seluler dan pembentukan mukus. Mukus akan meningkatkan viskositas dan unsur seluler sebagai pusat presipitasi. Infeksi lebih sering sebagi akibat pembentukan batu empedu dibanding infeksi yang menyebabkan pembentukan batu (Ko, 2002)
Gangguan Intestinal
Pasien pasca reseksi dan penyakit crohn memiliki resiko penurunan atau kehilangan garam empedu dari intestinal. Garam empedu merupakan agen pengikat kolesterol, penurunan garam empedu jelas akan meningkatkan konsentrasi kolestrasi dan meningkatkan resiko batu empedu (Sibernagi, 2007)
Batu Kalsium, Bilirubin dan Pigmen Hitam
Pada sebagian besar kasus tidak ada faktor resiko yang dapat diidentifikasi
Kondisi batu empedu ini terjadi pada individu dengan ketidakseimbangan tinggi pada pergantian heme. Gangguan hemolisis berhubungan dengan batu empedu pigmen ternasuk anemia sel sabit sperocytosis herediter dan betatalasemia (Chiang, 2008). Pada sirosis hipertensi portal menyebabkan splenomegali, hal ini pada gilirannya menyebabkan karantina sel darah merah, yang menyebabkan peningkatan turnover hemoglobin. Sekitar setengah dari semua pasien memiliki pigmen sirotik batu empedu (Ko, 2002)
Batu Pigmen Coklat
Infeksi Bilier
Prasyarat untuk pembentukan batu pigmen coklat meliputi kolonisasi empedu dengan bakteri dan stasis intraduktal. Di Amerika Serikat, kombinasi ini paling sering dujumpai pada pasien dengan pasca operasi striktur bilier atau kista koledokus. Dalam hepatolitiasias, suatu kondisi yang dihadapi terutama di Asia Timur, pembentukan batu pigmen cokklat intraduktal menyertai pada kondisi striktur ekstra hepatik, seluruh intra hepatik, dan saluran empedu. Kondisi ini menyebabkan kolangitis berulang pada predisposisi ke stasis bilier dan cholangiocarsinoma. Etiologi tidak diketahui tapi hati telah terlibat (Heuman, 2009)
Puasa
Puasa menyebabkan gerakan kandung empedu lambat dan menyebabkan empedu menjadi pekat sehingga mempermudah terjadinya batu empedu.
Kehilangan berat badan
Kehilangan berat badan yang cepat dapat menyebabkan pengeluaran lebih banyak kolesterol oleh hati dan menyebabkan pembentukan batu.
Diabetes.
Penderita diabetes cenderung mengalami peningkatan kadar trigliserid yang mempermudah terjadinya batu empedu




Perjalanan Batu


Batu empedu asimtomatik dapat ditemukan secara kebetulan pada pembentukan foto polos abdomen dengan maksud lain. Batu baru akan memberikan keluhan bila bermigrasi ke leher kandung empedu (duktus sistikus) atau ke duktus koledokus. Migrasi keduktus sistikus akan menyebabkan obstruksi yang dapat menimbulkan iritasi zat kimia dan infeksi. Tergantung beratnya efek yang timbul, akan memberikan gambaran klinis kolesistitis akut atau kronik.

Batu yang bermigrasi ke duktus koledokus dapat lewat ke doudenum atau tetap tinggal diduktus yang dapat menimbulkan ikterus obstruktif.

Gejala Klinis

Penderita batu saluran empedu sering mempunyai gejala-gejala kronis dan akut.

GEJALA AKUT
GEJALA KRONIS
TANDA :
1.      Epigastrium kanan terasa nyeri dan spasme
2.      Usaha inspirasi dalam waktu diraba pada kwadran kanan atas
3.      Kandung empedu membesar  dan nyeri
4.      Ikterus ringan

TANDA:
1.      Biasanya tak tampak gambaran pada abdomen
2.      Kadang terdapat nyeri di kwadran kanan atas
GEJALA:
1.      Rasa nyeri (kolik empedu) yang
Menetap
2.      Mual dan muntah                   
3.      Febris (38,5°°C)

GEJALA:
1.      Rasa nyeri (kolik empedu), Tempat : abdomen bagian atas (mid epigastrium), Sifat : terpusat di epigastrium menyebar ke arah skapula kanan
2.      Nausea dan muntah
3.      Intoleransi dengan makanan berlemak
4.      Flatulensi
5.      Eruktasi (bersendawa)



Pemeriksaan penunjang
Tes laboratorium :
  1. Leukosit : 12.000 - 15.000 /iu (N : 5000 - 10.000 iu).
  2. Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl).
  3. Amilase serum meningkat.( N: 17 - 115 unit/100ml).
  4. Protrombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menurun karena obstruksi sehingga menyebabkan penurunan absorbsi vitamin K.(cara Kapilar : 2 - 6 mnt).
  5. USG : menunjukkan adanya bendungan /hambatan , hal ini karena adanya batu empedu dan distensi saluran empedu ( frekuensi sesuai dengan prosedur diagnostik)
  6. Endoscopic Retrograde choledocho pancreaticography (ERCP), bertujuan untuk melihat kandung empedu, tiga cabang saluran empedu melalui ductus duodenum.
  7. PTC (perkutaneus transhepatik cholengiografi): Pemberian cairan kontras untuk menentukan adanya batu dan cairan pankreas.
  8. Cholecystogram (untuk Cholesistitis kronik) : menunjukkan adanya batu di sistim billiar.
  9. CT Scan : menunjukkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada saluran empedu, obstruksi/obstruksi joundice.
  10. Foto Abdomen :Gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones, pengapuran pada saluran atau pembesaran pada gallblader.
Penatalaksanaan

Suratun (2010) menyebutkan terdapat dua bentuk penatalaksanaan medis yaitu bedah, non bedah dan manajemen nutrisi yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Penatalaksanaan Non Bedah

a. Farmakologis
  • Untuk menghancurkan batu : Irsidiol, Actigal. Efek samping : diare, bersifat hepatotoksik pada fetus sehingga kontra indikasi untuk ibu hamil.
  • Mengurangi konten kolesterol dalam nbatu empedu : Chenodiol/Chenix
  • Untuk mengurangi gatal-gatal : Choletyramine (Questran)
  • Menurunkan rasa nyeri : analgesik
  • Mengobati infeksi : Antibiotik
b. Pengangkatan batu tanpa operasi
  • Pelarutan batu empedu, dengan menginfuskan suatu bahan pelarut (mono-oktanoin atau metil tertierbutil eter/MTBE) ke dalam batu empedu. Dapat diinfuskan atau melalui selang kateter yang dipasang perkutan langsung ke dalam kandung empedu, melalui selang matau drain yang dimasukkan melalui saluran T tube untuk melarutkan batu yang belum dikeluarkan saat pembedahan, melalui ERCP atau kateter bilier transnasal.
  • Pengangkatan non bedah, Sebuah kateter dan alat disertai jaring yang terpasang padanya disisipkan melalui saluran T Tube, jaring digunakan untuk memegang dan menarik keluar batu yang terjepit dalam dukts koledokus.
  • Extracorpreal Shock-Wave Lithotripsy (ESWL), menggunakan gelombang kejut berulang (repeated shock wave) yang diarahkan kepada batu empedu untuk memecah batu tersebut menjadi sejumlah fragmen.
2. Pembedahan
  • Kolisistektomi : Dalam prosedur ini, kandung empedu diangkat setelah arteri dan duktus sistikus diligasi. Sebuah drain (penrose) ditempatkan dalm kandung empedu dan dibiarkan menjulur keluar lewat luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan srosanguinus dan getah empedu ke dalam kasa basorben.
  • Minikolisistektomi : Prosedur ini untuk mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar 4 cm.
  • Kolesistektomi Laparaskopik : Dilakukan lewat insisi yang kecil atau luka tusukan melalui dinding abdomen pada umbilikus. Rongga abdomen ditiup dengan gas karbon monoksida untuk pemasangan endoskop.
  • Koledokostomi : Insisi dilakukan pada duktus koledukus untuk mengeluarkan batu. Setelah batu dikeluarkan biasanya dipasang sebuah kateter ke dalam duktus tersebut untuk drainase getah empedu sampai edema mereda. Kateter ini dihubungkan dengan selang drainase gravitas.
3. Manajemen Nutrisi
  • Mengurangi pemasukan makanan selama fase akut
  • Pemasangan NGT untuk mengurangi mual dan muntah
  • Pembatasan lemak terutama pasien dengan obesitas

Komplikasi

Girsang (2013) menyebutkan komplikasi dari kolelitiasis adalah :
  1. Kolesistisis : Peradangan kandung empedu, saluran kandung empedu tersumbat oleh batu empedu, menyebabkan infeksi dan peradangan kandung empedu.
  2. Kolangitis : Peradangan pada saluran empedu, terjadi karena infeksi yang menyebar melalui saluran-saluran dari usus kecil setelah saluran-saluran menjadi terhalang oleh sebuah batu empedu.
  3. Hidrops : Disebabkan oleh obstruksi duktus sistikus sehingga tidak dapat diisi lagi empedu pada kandung empedu yang normal.
  4. Empiema : Kandung empedu berisi nanah. Komplikasi ini dapat membahayakan jiwa dan membutuhkan kolesistektomi darurat segera.
  5. Perforasi : Perforasi lokal biasanya tertahan oleh adhesi yang ditimbulkan oleh peradangan berulang kandung empedu. Perforasi bebas lebih jarang terjadi tetapi mengakibatkan kematian sekitar 30%.
  6. Ileus batu empedu : obstruksi intestinal mekanik yang diakibatkan oleh lintasan batu empedu yang besar kedalam lumen usus.
Selain itu, komplikasi dari koleliatiasis menurun Suratun (2010) adalah :
  1. Obstruksi duktus sistikus
  2.  Kolik bilier
  3. Perikolistitis
  4. Peradangan pankreas (pankreatitis)
  5. Fistel kolesistoenterik
  6. Batu empedu sekunder (pada 2-6% klien) saluran empedu menciut kembali dan batu muncul lagi)
Konsep Asuhan Kperawatan
Pengkajian

1. Aktivitas dan istirahat:
  • subyektif : kelemahan
  • Obyektif : kelelahan
2. Sirkulasi :
  • Obyektif : Takikardia, Diaphoresis
3. Eliminasi :
  • Subektif : Perubahan pada warna urine dan feces
  • Obyektif : Distensi abdomen, teraba massa di abdomen atas/quadran kanan atas, urine pekat .
4. Makan / minum (cairan)

Subyektif : Anoreksia, Nausea/vomit.
  • Tidak ada toleransi makanan lunak dan mengandung gas.
  • Regurgitasi ulang, eruption, flatunasi.
  • Rasa seperti terbakar pada epigastrik (heart burn).
  • Ada peristaltik, kembung dan dyspepsia.
Obyektif :
  • Kegemukan.
  • Kehilangan berat badan (kurus).
5. Nyeri/ Kenyamanan :

Subyektif :
  • Nyeri abdomen menjalar ke punggung sampai ke bahu.
  • Nyeri apigastrium setelah makan.
  • Nyeri tiba-tiba dan mencapai puncak setelah 30 menit.
Obyektif :
Cenderung teraba lembut pada klelitiasis, teraba otot meregang /kaku hal ini dilakukan pada pemeriksaan RUQ dan menunjukan tanda marfin (+).

6. Respirasi :
Obyektif : Pernafasan panjang, pernafasan pendek, nafas dangkal, rasa tak nyaman.

7. Keamanan :
Obyektif : demam menggigil, Jundice, kulit kering dan pruritus , cenderung perdarahan ( defisiensi Vit K ).

8. Belajar mengajar :
Obyektif : Pada keluarga juga pada kehamilan cenderung mengalami batu kandung empedu. Juga pada riwayat DM dan gangguan / peradangan pada saluran cerna bagian bawah.



Prioritas Perawatan :

  1. Meningkatkan fungsi pernafasan.
  2. Mencegah komplikasi.
  3. Memberi informasi/pengetahuan tentang penyakit, prosedur, prognosa dan pengobatan
Tujuan Asuhan Perawatan :
  1. Ventilasi/oksigenasi yang adekwat.
  2. Mencegah/mengurangi komplikasi.
  3. Mengerti tentang proses penyakit, prosedur pembedahan, prognosis dan pengobatan
Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul pada kasus kolelitiasis adalah sebagai berikut :
  1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d adanya proses peradangan, agen cidera biologis proses inflamasi kandung empedu, obstruksi/spasme duktus, iskemia jaringan (nekrosis).
  2. Hypertermi b.d respon sistemik dari inflamasi gastrointestinal.
  3. Aktual/resiko tinggi ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan asam lambung.
  4. Gangguan rasa nyaman cemas b.d kurangnya pengetahuan
  5. Gangguan pemenuhan ADL b.d atropi oto, kelemahan fisik
  6. Resiko tinggi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit b.d muntah berlebihan
  7. Gangguan integritas kulit b.d prosedur invasif, faktor mekanik.

Rencana tindakan keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d adanya proses peradangan

Tujuan :
Rasa nyaman nyeri terpenuhi dengan kriteria hasil :
  • TTV dalam batas normal
  • Pasien tidak tampak kesakitan
  • Skala nyeri menurun
  • Nyeri berkurang atau hilang
Intervensi :
  • Observasi tanda-tanda vital
  • Observasi dan catat lokasi (beratnya skala 0-10) dan karakteristik nyeri (menetap, hilang timbul, kolik).
  • Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman
  • Ajarkan tehnik non farmakologi misalnya relaksasi, distraksi dll.
  • Kolaborasi dalam pemberian analgetik
Rasional :
  • Untuk menentukan keadaan umum klien
  • Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi.
  • Meningkatkan istirahat tirah baring pada posisi fowler rendah dapat menurunkan tekanan intra abdomen, namun pasien akan melakukan posisi yang menhilangkan nyeri secara alamiah.
  • Dapat menurunkan nyeri yang dirasakan.
  • Analgetik dapat mengatasi nyeri yang dirasakan
2. Aktual/resiko tinggi ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

Kebbutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil :
  • Nafsu makan meningkat
  • Tidak terjadi gangguan nutrisi
  • Porsi makan habis
  • Bb kembali normal
Intervensi :
  • Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, BB, integritas mukosa, riwayat mual/muntah.
  • Pertahankan kebersihan mulut
  • Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering
  • Berikan makanan selagi hangat.
  • Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit (diet cair rendah lemak, rendah lemak tinggi serat)
Rasional :
  • Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat.
  • Akumulasi pertikel makanan dimulut dapat menambah bau dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.
  • Memudahkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi
  • Dafat mempengaruhi nafsu makan dan membangkitkan nafsu makan.
  • Merencanakan diet dengan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori sehubungan dengan perubahan metabolik pasien.

3. Hypertermi b.d respon sistemik dari inflamasi gastrointestinal

Keseimbangan suhu tubuh kembali normal, dengan kriteria hasil :
  • Suhu tubuh menurun/normal
  • Keringat yang keluar berkurang
  • Bibir lembab
Intervensi :
  • Observasi tanda-tanda vital, terutama suhu.
  • Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis
  • Beri kompres hangat di beberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan paha, leher bagian belakang
  • Anjurkan pasien banyak minum ± 2 liter/hari
  • Kolaborasi dalam pemberian obat anti piretik
Rasional :
  • Dapat mendeteksi dini tanda-tanda peningkatan suhu tubuh.
  • membantu mempermudah penguapan panas
  • dapat mempercepat penurunan suhu tubuh
  • untuk menjaga keseimbangan cairan didalam tubuh
  • dapat membantu menurunkan panas
4. Gangguan integritas kulit b.d prosedur invasif, faktor mekanik, ikterus

Gangguan integritas kulit tidak terjadi dengan kriteria hasil : menunjukkan perilaku untuk meningkatkan penyembuhan / mencegah kerusakan kulit.

Intervensi :
  • Observasi kulit, sclera dan perubahan warna urin.
  • Berikan masase pada daerah kulit yang mengalami gangguan
  • Pertahankan kelembaban (+/- 60%), gunakan alat pelembab.
  • Pertahankan lingkungan dingin.
  • Mengoleskan lotion dan krim kulit segera setelah mandi.
  • Menjaga agar kuku selalu terpangkas (pendek).
Rasional :
  • Terjadinya icterik mengindikasikan adanya obstruksi aliran empedu.
  • Bermanfaat dalam menurukan iritasi kulit.
  • Kelembaban yang rendah, kulit akan kehilangan air.
  • Kesejukan mengurangi gatal.
  • Hidrasi yang cukup pada stratum korneum mencegah gangguan lapisan barier kulit.
  • Mengurangi kerusakan kulit akibat garukan
5. Resiko tinggi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit b.d muntah berlebihan

Menunjukan cairan adekuat, dengan kriteria hasil :
Tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgos kulit baik, pengisian kapiler baik, secra individu mengeluarkan urine cukup, dan tidak ada muntah.

Intervensi :
  • Pertahankan masukan dan haluaran akurat, perhatikan haluaran kurang dari masukan, peningkatan berat jenis urine. Kaji membrane mukosa/kulit, nadi perifer, dan pengisian kapiler.
  • Awasi tanda / gejala peningkatan/berlanjutnya mual/muntah, kram abdomen, kelemahan, kejang, kejang ringan, kecepatan jantung tak teratur,parestesia, hipoaktif atau tak adanya bising usus, depresi pernapasan.
  • Hindarkan dari lingkungan yang berbau
  • Kaji perdarahan yang tidak biasa, contoh: perdarahan terus-menerus pada sisi injeksi, mimisan, perdarahan gusi, ekimosis, petekie, hematemesis/melena.
  • Kolaborasi : Berikan antimetik.
  • Kolaborasi : Berikan cairan IV, elektrolit, dan vitamin K.
Rasional :
  • Memberikan informasi tentang status cairan/volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian.
  • Muntah bekepanjangan, aspirasi gaster dan pembatasan pemasiukan oral dapat menimbulkan defisit natrium, kalium dan klorida.
  • Menurunkan rangsangan pada pusat muntah
  • Protrombin darah menurun dan waktu koagulasi memanjang bila aliran empedu terhambat, meningkatkan resiko perdarahan/hemoragi.
  • Menurunkan mual dan mencegah muntah
  • Mempertahankan volume sirkulasi dan memperbaiki ketidakseimbangan.


Daftar Pustaka 

1. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990, Jakarta, P: 586-588.

2. Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa AdiDharma, Edisi II.P: 329-330.

3. Marllyn E. Doengoes, Nursing Care Plan, Fa. Davis Company, Philadelpia, 1993.P: 523-536.

4. D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, W. B. Saunders Company, Philadelpia, 1991.

5. Sutrisna Himawan, 1994, Pathologi (kumpulan kuliah), FKUI, Jakarta 250 - 251.

6. Mackenna & R. Kallander, 1990, Illustrated Physiologi, fifth edition, Churchill Livingstone, Melborne : 74 - 76.
7. Brruner & suddarth, 2001 Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

8. Dongoes. M.E, 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

9. Harisson. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Vol 4. Jakarta : EGC

Untuk mendownload file Laporan Pendahuluan/ LP batu Empedu telah kami sediakan Link Download dalam format Pdf dan Doc di bawah ini:


Terima Kasih banyak telah membaca ataupun mendownload artikel Laporan Pendahuluan / LP Cholelithiasis (Batu Empedu) lengkap semoga bermanfaat serta bisa menjadi referensi buat teman-teman dalam melaksanakan tugas dalam pembutan Asuhan Keperawatan LP Cholelithiasis (Batu Empedu).

0 Response to "Laporan Pendahuluan / LP Cholelithiasis (Batu Empedu) lengkap Download Pdf dan Doc"

Post a Comment

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel