-->

Tindakan Operasi SC/ Sectio caesarea dengan indikasi dan Kontraindikasi serta Jenis-jenis SC

Tidak bosan-bosan kami membagikan informasi kesehatan kali ini kami akan membagikan tips sehat / makalah tentang Sectio caesarea / SC. SC dilakukan jiga memilikia indikasi seperti terjadi infeksi pada genital, letak bayi yang tidak stabil, plasenta previa dll.

Pada artikel tindakan Sectio caesarea / SC telah kami buat dengan lengkap dimulai dari Pengertian, Penyebab, Patofisiologi,Pathway, Jenis-jenis Sc, Indikasi dan Kontraindikasi, Komplikasi dan Teknik-teknik SC, Kelebihan dan Kekurangan SC Serta hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan Sc 


DEFINISI


Sectio caesarea atau persalinan caesarea didefinisikan sebagai melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerektomi). Definisi ini tidak mencakup pengangkatan janin dari kavum abdomen dalam kasus ruptura uteri atau kehamilan abdominal.
(Cunningham, 1995)

Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 g, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intact).
(Sarwono, 2002)

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan uterus.
(Sarwono, 2005)

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim.
(Mansjoer, 1999)

Kelahiran sesarea adalah alternatif dari kelahiran vagina bila keamanan ibu atau janin terganggu.
(Doengoes, 2001)

Sectio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina.
(Mochtar, 1998)

Sectio caesarea merupakan pembedahan obstetric untuk melahirkan janin yang viable melalui abdomen.
(Farrer, 2001)

JENIS-JENIS SECTIO CAESAREA


Sectio caesarea dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan tehniknya, yaitu;

  1. Sectio caesarea segmen bawah (SCSB) atau sectio caesarea transperitonealis profunda: Insisi melintang dilakukan pada segmen bawah uterus. Segmen bawah uterus tidak begitu banyak mengandung pembuluh darah dibandingkan segmen atas sehingga risiko perdarahan lebih kecil. Karena segmen bawah terletak di bawah kavum peritonei, kemungkinan infeksi pasca bedah juga tidak begitu besar. Di samping itu, risiko ruptura uteri pada kehamilan dan persalinan berikutnya akan lebih kecil bilamana jaringan parut hanya terbatas pada segmen bawah uterus. Kesembuhan luka bisaanya baik karena segmen bawah merupakan bagian uterus yang tidak begitu aktif.
  2. Sectio caesarea klasik atau korporal : Insisi klasik hanya kadang-kadang dilakukan. Hal ini dilakukan kalau segmen bawah tidak terjangkau karena ada perlekatan atau rintangan plasenta, kalau terdapat vena verikosa pada segmen bawah, dan kadang-kadang juga dilakukan bagi janin yang letaknya melintang serta untuk histerektomi caesarea.
  3. Sectio caesarea ekstraperitoneal: Sectio caesarea ekstraperitoneal dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi puerperal, akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap infeksi, pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi dilakukan. Pembedahan tersebut sulit dalam tehniknya dan sering kali terjadinya sobekan peritoneum tidak dapat dihindarkan. Mengingat bahwa tindakan ini kini dalam praktek jarang sekali dilakukan, maka tehniknya sudah tidak dibicarakan lagi.



INDIKASI

Pada umumnya sectio caesarea digunakan bilamana diyakini bahwa penundaan persalinan yang lebih lama akan menimbulkan bahaya yang serius bagi janin, ibu, atau keduanya. Padahal persalinan per vagina tidak mungkin diselesaikan dengan aman.

Sectio caesarea elektif dilakukan kalau sebelumnya sudah diperkirakan bahwa persalinan per vagina yang normal tidak cocok atau tidak aman. Persalinan dengan sectio caesarea dilakukan untuk;

  1. Plasenta previa
  2. Letak janin yang tidak stabil dan tidak bisa dikoreksi
  3. Riwayat obstetric yang jelek
  4. Disproporsi sefalopelvik
  5. Infeksi herpes virus tipe II (genital)
  6. Riwayat sectio caesarea klasik
  7. Diabetes (kadang-kadang)
  8. Presentasi bokong (kadang-kadang)

Sectio sesarea dianjurkan pada letak bokong bila ada:

  • Panggul sempit
  • Primigravida
  • Janin besar dan berharga

9. Penyakit atau kelainan yang berat pada janin, seperti eritoblastosis atau retardasi pertumbuhan yang nyata

Sectio caesarea emergensi dilakukan untuk;

  1. Induksi persalinan yang gagal
  2. Kegagalan dalam kemajuan persalinan
  3. Penyakit fetal atau maternal
  4. Diabetes atau pre-eklamsi berat
  5. Persalinan macet
  6. Prolapsus funikuli
  7. Perdarahan hebat dalam persalinan
  8. Tipe tertentu malpresentasi janin dalam persalinan

a. Letak lintang

  • Bila ada kesempitan panggul maka sectio sesarea adalah cara yang terbaik dalam segala letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa.
  • Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio sesarea walau tidak ada perkiraan panggul sempit.
  • Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara-cara lain.

b. Letak bokong
Sectio sesarea dianjurkan pada letak bokong bila ada:

  • Panggul sempit
  • Primigravida
  • Janin besar dan berharga

c. Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara lain tidak berhasil.

d. Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil.

e. Gemelli, dianjurkan sectio sesarea bila

  • Janin pertama letak lintang atau presentasi bahu
  • Bila terjadi interlock
  • Distosia oleh karena tumor
  • Gawat janin

KONTRAINDIKASI

Perlu diingat bahwa sectio sesarea dilakukan baik untuk kepentingan ibu maupun untuk kepentingan anak, oleh sebab itu sectio sesarea tidak dilakukan kecuali dalam keadaan terpaksa, apabila misalnya janin sudah meninggal dalam uterus atau apabila terlalu kecil untuk hidup di luar kandungan. Apabila janin terbukti menderita cacat seperti hidrosepalus, anensepalus dan lain-lain.


PATOFISIOLOGI

Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada masa sekarang, oleh karena kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anestesi, penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun.Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan oleh tenaga-tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000. Nasib janin yang ditolong secara sectio sesarea sangat tergantung dari keadaan janin sebelum operasi. Menurut data dari negara-negara dengan pengawasan antenatal yang baik dan fasilitas neonatal yang sempurna angka kematian 4-7%.



PATHWAY




KOMPLIKASI

Komplikasi dari tindakan sectio caesarea bisa terjadi pada ibu dan bayi. Pada ibu dapat terjadi infeksi puerperal, perdarahan, luka pada kandung kencing, embolisme paru-paru, ruptura uteri. Sedangkan pada bayi dapat terjadi kematian perinatal.

1. Infeksi puerpuralis (nifas)

  • Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
  • Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi atau perut sedikit kembung
  • Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.

2. Perdarahan, disebabkan karena:

  • Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
  • Atonia uteri
  • Perdarahan pada placenta bed

3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi terlalu tinggi.

4. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.


HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM SC

Dalam melakukan sectio caesarea perlu diperhatikan beberapa hal.

1. Sectio caesarea elektif
Sectio caesarea ini direncanakan lebih dahulu karena sudah diketahui bahwa kehamilan harus diselesaikan dengan pembedahan itu. Keuntungannya ialah bahwa waktu pembedahan dapat ditentukan oleh dokter yang akan menolongnya dan bahwa segala persiapan dapat dilakukan dengan baik. Kerugiannya ialah oleh karena persalinan belum mulai, segmen bawah uterus belum terbentuk dengan baik sehingga menyulitkan pembedahan, dan lebih mudah terjadi atonia uteri dengan perdarahan karena uterus belum mulai dengan kontraksinya.

2. Anastesia
Anastesia umum mempunyai pengaruh depresif pada pusat pernafasan janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan apnea yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Selain itu ada pengaruh terhadap tonus uterus, sehingga kadang-kadang timbul perdarahan postpartum karena atonia uteri. Akan tetapi bahaya terbesar ialah apabila diberi anastesi umum sedangkan lambung pasien tidak kosong.

Pada wanita yang tidak sadar karena anastesi ada kemungkinan isi lambung masuk ke dalam saluran pernafasan. Hal ini merupakan peristiwa yang sangat berbahaya. Dapat diusahakan mengeluarkan isi perut dengan pipa lambung sebelum anastesi umum, akan tetapi tindakan ini bisaanya tidak memuaskan. Apabila ada seorang ahli anastesi dapat dilakukan intubasi dengan memasang pipa endotrakeal sehingga anastesi kemudian dapat dilakukan dengan aman.

Anastesi spinal aman untuk janin akan tetapi selalu ada kemungkinan bahwa tekanan darah pasien menurun dengan akibat yang buruk bagi ibu dan janin. Cara yang paling aman ialah anastesi local akan tetapi tidak selalu dapat dilakukan berhubung dengan sikap mental pasien.

3. Transfusi darah
Pada umumnya perdarahan pada sectio caesarea lebih banyak daripada persalinan per vagina. Perdarahan tersebut disebabkan oleh insisi pada uterus, ketika pelepasan plasenta, mungkin juga terjadi karena atonia uteri postpartum. Berhubung dengan itu pada tindakan sectio caesarea perlu diadakan persediaan darah.

4. Pemberian antibiotika
Walaupun pemberian antibiotika sesudah sectio caesarea elektif dapat dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.


TEHNIK-TEHNIK SECTIO CAESAREA

1. Tehnik sectio caesarea transperitoneal profunda
Dauercatheter dipasang dan wanita berbaring dalam letak trendelenbrug ringan. Diadakan insisi pada dinding perut pada garis tengah dari simfisis sampai beberapa sentimeter di bawah pusat. Setelah peritoneum dibuka, dipasang speculum perut, dan lapangan operasi dipisahkan dari rongga perut dengan satu kain kasa panjang atau lebih. Peritoneum pada dinding uterus depan dan bawah dipegang dengan pinset, plika vesiko-uterina dibuka dan insisi ini diteruskan melintang jauh ke lateral. Kemudian kandung kencing dengan peritoneum di depan uterus didorong ke bawah dengan jari.

Pada segmen bawah uterus, yang sudah tidak ditutup lagi oleh peritoneum serta kandung kencing dan yang bisaanya sudah menipis, diadakan insisi melintang selebar 10 cm dengan ujung kanan dan kiri agak melengkung ke atas untuk menghindari terbukanya cabang-cabang arteria uterine. Karena uterus dalam kehamilan tidak jarang memutar ke kanan, sebelum dibuat insisi, posisi uterus diperiksa dahulu dengan memperhatikan ligamenta rotunda kanan dan kiri. Di tengah-tengah, insisi diteruskan sampai dinding uterus terbuka dan ketuban tampak. Kemudian luka yang terakhir ini dilebarkan dengan gunting berujung tumpul mengikuti sayatan yang sudah dibuat lebih dahulu.

Sekarang ketuban dipecahkan, dan air ketuban yang keluar diisap. Kemudian speculum perut diangkat dan tangan dimasukan ke dalam uterus di belakang kepala janin dan dengan memegang kepala dari belakang dengan jari-jari tangan penolong, diusahakan lahirnya kepala melalui lubang insisi. Jika dialami kesulitan untuk melahirkan kepala janin dengan tangan, dapat dipasang cunam Boerma. Sesudah kepala janin, badan terus dilahirkan, muka dan mulut dibersihkan, tali pusat dipotong, dan bayi diserahkan kepada orang lain untuk diurus. Pada presentasi sungsang atau letak lintang kaki janin dicari dan janin dilahirkan dengan tarikan pada kaki.

Sekarang diberikan suntikan 10 satuan oksitosin dalam dinding uterus atau intravena untuk mengusahakan kontraksi yang baik. Pinggir luka insisi dipegang dengan beberapa cunam ovum, dan plasenta serta selaput ketuban dikeluarkan secara manual.

Tampon untuk sementara dimasukan ke dalam rongga uterus guna mempermudah jahitan luka pada dinding uterus. Tampon ini diangkat sebelum luka uterus ditutup sama sekali. Jahitan otot uterus dilakukan dalam dua lapisan. Lapisan pertama terdiri atas jahitan simpul dengan catgut dan dimulai dari ujung yang satu ke ujung yang lain. Jahitan ini memegang otot uterus, akan tetapi sedapat-dapatnya jangan mengikutsertakan desidua. Lapisan kedua terdiri atas jahitan menerus, sehingga luka pada miometrium tertutup rapi. Akhirnya luka peritoneum pada plika vesiko-uterina ditutup dengan jahitan catgut halus sehingga menutup bekas luka pada miometrium dan setelah diamati bahwa uterus berkontraksi baik, dinding perut ditutup dengan cara biasa.

Kelebihan dan kekurangan dari section caesarea transperitoneal profunda;

  • Kelebihan


  1. Penjahitan luka lebih mudah
  2. Penutupan luka dengan repetonialisasi yang baik
  3. Tumbang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum
  4. Perdarahan kurang atau tidak seberapa banyak
  5. Dibandingkan dengan cara korporal, kemungkinan rupture uteri spontan kurang atau lebih kecil
  6. Bahaya peritonitis tidak besar
  7. Parut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptura uteri dikemudian hari tidak besar, karena dalam masa nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami konraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.


  • Kekurangan


  1. Luka dapat melebar ke kirim, kanan, dan bawah, sehingga dapat menyebabkan a. uterine putus, sehingga dapat mengakibatkan perdarahan yang banyak.
  2. Keluhan pada kandung kemih post operatif tinggi.
  3. Tehnik sectio caesarea corporal

Setelah dinding perut dan peritoneum terbuka pada garis tengah dipasang beberapa kain kasa panjang antara dinding perut dan dinding uterus untuk mencegah masuknya air ketuban dan darah ke rongga perut. Diadakan insisi pada bagian tengah korpus uteri sepanjang 10-12 cm dengan ujung bawah di atas batas plika vesikouterina. Diadakan lubang kecil pada kantong ketuban untuk menghisap air ketuban sebanyak mungkin; lubang ini kemudian di lebarkan, dan janin dilahirkan dengan tarikan pada kakinya. Setelah anak lahir, korpus uteri dapat di keluarkan dari rongga perut untuk memudahkan tindakan-tindakan selanjutnya. Sekarang diberikan suntikan 10 satuan oksitosin dalam dinding uterus atau intravena, dan plasenta serta selaput ketuban dikeluarkan secara manual. Kemudian dinding uterus ditutup dengan jahitan catgut yang kuat dalam dua lapisan; lapisan pertama terdiri atas jahitan simpul dan lapisan kedua atas jahitan menerus. Selanutnya diadakan jahitan menerus dengan catgut yang lebih tipis, yang mengikutsertakan peritoneum serta bagian luar miometrium dan yang menutup jahitan yang terlebih dahulu dengan rapi. Akhirnya dinding perut ditutup secara biasa.



DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri & Ginekologi. 1984. Obstetric Patologi. Bandung; FK UNPAD

Cunningham, Gary. 1995. Obstetri Williams. Edisi 18. Jakarta; EGC

Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC

-----. 2001. Rencana Perawatan Maternal/ Bayi. Edisi 2. Jakarta: EGC

Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta: EGC

Farrer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta; EGC

Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta; Media Aesculapius

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jilid 1. Jakarta; EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta; Tridasa Printer

-----. 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta; Tridasa Printer

0 Response to "Tindakan Operasi SC/ Sectio caesarea dengan indikasi dan Kontraindikasi serta Jenis-jenis SC"

Post a Comment

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel