-->

Laporan Pendahuluan / LP Faringitis (Sakit Tenggorokan) Lengkap Download Dalam Format Pdf dan Doc- Cinta Sehat

Masih tentang laporan Pendahuluan , Pada kesempatan kali ini kami akan membagikan suatu artikel laporan Pendahuluan / LP Faringitis . faringitis di bagi menjadi Faringitis Akut dan Faringitis Kronis. Penyakit Faringitis atau Radang tenggorokan bagian Atas sering di alami setiap orang baik anak-anak maupun orang dewasa yang disebabkan oleh virus atau Bakteri.

LP Faringitis kami buat dengan sangat lengkap dari berbagai sumber dan referensi terbaru di muali dari pengertian Faringitis, Penyebab faringitis, patofisiologi faringitis, tanda dan gejala faringitis, jenis faringitis, pengobatan faringitis, komplikasi faringitis, dan konsep Askep faringitis , Diaognosa serta intervensi faringitis dengan tujuan untuk membantu teman-teman yang sedang mengerjakan tugas / praktik asuhan keperawatan/ askep baik di rumah sakit ataupun di institusi pendidikannya

LP / Makalah Faringitis telah kami sediakan link untuk  download dalam dua format Pdf dan Doc pada akhir artikel ini.

LP FARINGITIS

DEFINISI
Adalah peradangan pada mukosa faring.
(Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000)

faringitis adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. (Wikipedia.com).

Faringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa tenggorokan. Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil dan adenoid.
Faringitis Akut yaitu radang tenggorok yang disebabkan oleh organisme virus hampir 70% dan streptokakus group A adalah organisme bakteri yang umum berkenaan dengan faringitis akut yang kemudian disebut sebagai “streepthroat” (Brunner & Suddarth, 2001)
Faringitis kronik umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja/tinggal dengan lingkungan berdebu, menggunakan suara berlebihan, menderita akibat batuk kronik, penggunaan habitual alkohol dan tembakau. Ada 3 jenis faringitis : 1) Hipertrofik ( penebalan umum dan kongesti membrane mukosa faring ). 2) Atrofik ( tahap lanjut dari jenis pertama : membran tipis, keputihan, licin dan waktunya berkerut ). 3) Granular kronik (pembengkakan folikel limfe pada dinding faring).

ETIOLOGI

Etiologi faringitis akut adalah bakteri atau virus yang ditularkan secara droplet infection atau melalui bahan makanan / minuman / alat makan. Penyakit ini dapat sebagai permulaan penyakit lain, misalnya : morbili, Influenza, pnemonia, parotitis , varisela, arthritis, atau radang bersamaan dengan infeksi jalan nafas bagian atas yaitu: rinitis akut, nasofaringitis, laryngitis akut, bronchitis akut. Kronis hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring. Tampak mukosa menebal serta hipertropi kelenjar limfe dibawahnya dan dibelakang arkus faring posterior (lateral band). Adanya mukosa dinding posterior tidak rata yang disebut granuler.
Sedangkan faringitis kronis atropi sering timbul bersama dengan rinitis atropi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembabannya, sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring.



Beberapa penyebab dari faringitis yaitu:

a. Virus

Virus merupakan etiologi terbanyak dari faringitis. Beberapa jenis virus ini yaitu:

  • Rhinovirus
  • Coronavirus
  • Virus influenza
  • Virus parainfluenza
  • Adenovirus
  • Herpes Simplex Virus tipe 1 dan 2
  • Coxsackievirus A
  • Cytomegalovirus
  • Virus Epstein-Barr
  • HIV

b. Bakteri

Beberapa jenis bakteri penyebab faringitis yaitu:

  • Streptoccocus pyogenes, merupakan penyebab terbanyak pada faringitis akut
  • Streptokokus grup A, merupakan penyebab terbanyak pada anak usia 5 – 15 tahun, namun jarang menyebabkan faringitis pada anak usia 
  • Streptokokus grup C dan G
  • Neisseria gonorrheae
  • Corynebacterium diphtheriae
  • Corynebacterium ulcerans
  • Yersinia enterocolitica
  • Treponema pallidum
  • Vincent angina, merupakan mikroorganisme anaerobik dan dapat menyebabkan komplikasi yang berat, seperti abses retrofaringeal dan peritonsilar.

FATOFISIOLOGI

Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara langsung menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal.

Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan extracellular toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat karena fragmen M protein dari Group A streptococcus memiliki struktur yang sama dengan sarkolema pada myocard dan dihubungkan dengan demam rheumatic dan kerusakan katub jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan akut glomerulonefritis karena fungsi glomerulus terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi.



PATHWAY FARINGITIS



Jenis faringitis Dibedakan menjadi :


1. Faringitis kronis 

Faktor predisposisi: 

  • Rinitis kronis
  • Sinusitis
  • Iritasi kronik pada perokok dan peminum alkohol 
  • Inhalasi uap pada pekerja dan laboratorium
  • Orang yang sering bernafas dengan mulut karena hidungnya tersumbat.
a. Faringitis kronis hiperplastik
1 Gejala :


  • Pasien mengeluh gatal ditenggorokan
  • Berasa kering
  • Berlendir
  • Kadang - kadang ada batuk
2 Terapi : 
  • Dicari dan diobati adanya penyalkit kronis dihidung dan sinus paranasal
  • Terapi lokal dengan menggosokkan zat kimia (kaustik) yaitu : larutan nitres argenti atau albotil maupun dengan listrik (elektrocauter)
  • Secara simptomatik, diberikan obat isap / kumur dan obat batuk
b. Faringitis kronis atropi (faringitis sika)
1 Gejala dan tanda :
  • Pasien mengeluh tenggorokan kering dan tebal
  • Mulut berbau
  • Pada pemeriksaan tampak mukosa faring terdapat lendir yang melekat
  • Jika lendir diangkat mukosa tampak kering 
2 Terapi: 
  • Sama dengan rinitis atropi
  • Pemberian obat kumur
  • Penjagaan hygiene mulut
  • Obat simptomatik


2.Faringitis Spesifik 


a. Faringitis Leutika
Gejala dan tanda : 
1. Stadium primer :
  • Bercak keputihan pada lidah, palatum mole, tonsil dan dinding faring posterior 
  • Timbul ulkus karena infeksi yang lama
  • Pembesaran kelenjar mandibula yang tidak nyeri tekan
2. Stadium sekunder :
  • Jarang ditemukan
  • Terdapat eritema pada dinding faring yang menjalar kearah laring
3. Stadium tersier :
  • Terdapat guma pada tonsil dan palatum
  • Guma pada dinding faring pada posterior akan mengenai vertebra servikal
  • Gangguan fungsi palatum secara permanen akibat adanya guma pada palatum mole
Diagnosis : dengan pemeriksaan serologic
Terapi : Obat pilihan utama pinissilin dalam dosis tinggi
2. Faringitis Tuberkolusa 
Cara infeksi :
  • Cara eksogen yaitu kontak dengan sputum yang mengandung kuman atau inhalasi kuman melalui udara
  • Cara endogen yaitu penyebaran melalui darah pada tuberkolusis miliaris Penelitian saat ini menemukan penyebaran secara limfogen 
Bentuk dan tempat lesi
  • Berbentuk ulkus pada satu sisi tonsil dan jaringan tonsil itu akan mengalami nekrosis
  • Pada infeksi secara hematogen tonsil dapat terkena pada kedua sisi terutama pada dinding faring posterior, arkus faring anterior, dinding lateral hipofaring, palatum mole dan palatum durum
  • Kelenjar regional leher membengkak 
Gejala:
  • Pasien mengeluh nyeri hebat ditenggorokan
  • Keadaan buruk : anoreksi, nyeri menelan makanan
  • Regurgitasi
  • Nyeri di telinga (otalgia) Adenopati servikal
Diagnosis :
  • Pemeriksaan sputum untuk mengetahui basil tahan asam
  • Fotothorak untuk melihat adanya tuberkolusis paru
  • Biopsi jaringan untuk mengetahui proses keganasan serta mencari basil tahan asam di jaringan
Terapi: sesuai dengan terapi tuberkolusis paru



MANISFESTASI KLINIS

  • Manifestasi klinis faringitis akut, yaitu :
  1. Membran mukosa sangat merah dan tonsil berwarna kemerahan.
  2. Folikel limfoid membengkak dan di penuhi dengan eksudat dan pembesaran.
  3. Nyeri tekan nodus limfa servikal.
  4. Demam
  5. Malaise
  6. Sakit tenggorok
  7. Serak dan batuk
  8. Sakit kepala
  • Manifestasi klinis faringitis kronik yaitu :
Pasien dengan faringitis kronik mengeluh sensasi iritasi dan sesak pada tenggorok yang terus-menerus, lendir yang terkumpul dalam tenggorok dan dapat dikeluarkan dengan membatukkan, kesulitan menelan.

Untuk faringitis akut :
Jika di duga atau ditunjukkan adanya penyebab bakterial, pengobatan dapat mencakup pemberian Agens antimicrobial untuk streptokukus group A, penisilin merupakan obat pilihan. Untuk pasien alergi terhadap penisilin atau yang mempunyai organisme resisten terhadap eritromisin digunakan sefalosporin. Antibiotik di berikan selama sedikitnya 10 hari untuk menghilangkan streptokokus group A dari orofaring.
Diet cair atau lunak diberikan selama tahap akut penyakit, tergantung pada nafsu makan pasien dan tingkat rasa tidak nyaman yang terjadi bersama proses menelan. Kadang tenggorok sakit sehingga cairan tidak dapat di minum dalam jumlah yang cukup dengan mulut. Pada kondisi yang parah, cairan diberikan secara intravena. Sebaliknya, pasien didorong untuk memperbanyak minum sedapat yang ia lakukan dengan minimal 2 sampai 3 liter sehari.

Untuk faringitis kronik :
Didasarkan pada penghitungan gejala, menghindari pemajanan terhadap iritan, dan memperbaiki setiap gangguan saluran napas atas, paru atau jantung yang mungkin mengakibatkan terhadap batuk kronik.

Kongesti nasal dapat dihilangkan dengan sprei nasal / obat-obatan yang mengandung epinefrin sulfat (Afrin) atau fenilefrin hidroklorida (Neo-Synphrine). Jika terdapat riwayat alergi, salah satu medikasi dekongestan antihistamin seperti Drixarol / Dimentapp, diminum setiap 4-6 jam. Malaise secara efektif dapat dikontrol dengan aspirin / asetaminofen.



PENCEGAHAN


Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah faringitis yaitu:
  1. Hindari penggunaan alat makan bersama pasien yang terkena faringitis, memiliki demam, flu
  2. Mencuci tangan secara teratur
  3. Tidak merokok, atau mengurangi pajanan terhadap asap rokok
  4. Menggunakan pelembab ruangan jika ruangan kering


Fungsi Faring Dalam Proses Bicara


Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot palatum dan faring. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole kearah dinding belakang faring. Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula-mula M.Salpingofaring dan M.Palatofaring, kemudia M.Levator veli palatine bersam-sam M.Konstriktor faring superior.

Pada gerakan penutupan nasofaring M.Levator veli palatine menarik paltum mole ke atas belakang hampIr mengenai dinding posterior faring. Jarak yang tersisa ini diisi oleh tonjolan (fold of) Passavant pada dinding belakang faring yang terjadi akibat 2 macam mekanisme, yaitu pengangkatan faring sebagai hasil gerakann M.Palatofaring (bersama M.Salpingofaring) dan oleh kontraksi aktif M.Konstriktor faring superior.

Kedua gerakan ini bekerja tidak pada waktu yang bersamaan. Ada yang berpendapat bahwa tonjolan Passavant ini menetap pada periode fonasi tetapi ada pula pendapat yang mengatakan tonjolan ini timbul dan hilang secara cepat bersamaan dengan gerakan palatum.



PEMERIKSAAN FISIK


Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna, bahkan membran). Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak.


PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan (sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri atau virus.

b. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting dalam diagnosis etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk yang berharga.


c. Pemeriksaan Laboratorium
1) Sel darah putih (SDP)
Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya infeksi atau inflamasi.

2) Analisa Gas Darah
Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga mempelajari hal-hal diluar paru seperti distribusi gas yang diangkut oleh sistem sirkulasi.


TERAPI/TINDAKAN PENANGANAN


Penatalaksanaan terhadap faringitis dapat mengurangi risiko demam reumatik, menurunkan durasi gejala, dan mengurangi risiko penularan penyakit. Pada faringitis dengan penyebab bakteri, dapat diberikan antibiotik, yaitu:
a. Penicillin benzathine; diberikan secara IM dalam dosis tunggal
b. Penicillin; diberikan secara oral
c. Eritromisin
d. Penicillin profilaksis, yaitu penicillin benzathine G; diindikasikan pada pasien dengan risiko demam reumatik berulang. Sedangkan, pada penyebab virus, penatalaksanaan ditujukan untuk mengobati gejala, kecuali pada penyebab virus influenza dan HSV. Beberapa obat yang dapat digunakan yaitu:
  1. Amantadine
  2. Rimantadine
  3. Oseltamivir
  4. Zanamivir; dapat digunakan untuk penyebab virus influenza A dan B
  5. Asiklovir; digunakan untuk penyebab HSV
Faringitis yang disebabkan oleh virus biasanya ditangani dengan istirahat yang cukup, karena penyakit tersebut dapat sembuh dengan sendirinya. Selain itu, dibutuhkan juga mengkonsumsi air yang cukup dan hindari konsumsi alkohol. Gejala biasanya membaik pada keadaan udara yang lembab. Untuk menghilangkan nyeri pada tenggorokan, dapat digunakan obat kumur yang mengandung asetaminofen (Tylenol) atau ibuprofen (Advil, Motrin). Anak berusia di bawah 18 tahun sebaiknya tidak diberikan aspirin sebagai analgesik karena berisiko terkena sindrom Reye.
Pemberian suplemen dapat dilakukan untuk menyembuhkan faringitis atau mencegahnya, yaitu:
  • Sup hangat atau minuman hangat, dapat meringankan gejala dan mencairkan mukus, sehingga dapat mencegah hidung tersumbat.
  • Probiotik (Lactobacillus), dapat digunakan untuk menghindari dan mengurangi demam.
  • Madu, dapat digunakan untuk mengurangi batuk.
  • Vitamin C, dapat digunakan untuk menghindari demam, namun penggunaan dalam dosis tinggi perlu pengawasan dokter.
  • Seng, digunakan dalam fungsi optimal sistem imun tubuh, karena itu seng dapat digunakan untuk menghindari demam, dan penggunaan dalam spray dapat digunakan untuk mengurangi hidung tersumbat. Namun, penggunaannya perlu dalam pengawasan karena konsumsi dalam dosis besar dan jangka waktu yang lama dapat berbahaya.


KOMPLIKASI

  1. Otitis media akut
  2. Abses peri tonsil
  3. Abses para faring
  4. Toksenia
  5. Septikinia
  6. Bronkitis
  7. Nefritis akut
  8. Miokarditis
  9. Artritis


ASUHANKEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data Dasar
2. Riwayat Kesehatan.
3. Pemeriksaan Fisik
Pada farmgitis kronis , pengkajian head to toe yang dilakukan lebih difokuskan pada: 
a. Sistem pernafasan :
Batuk, sesak


B. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan rubor, dolor, kalor, tumor, fungsiolaesa pada mukosa
Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan dan kolaboratif untuk pemberian analgetik

Intervensi Keperawatan:
  • Kaji lokasi,intensitas dan karakteristik nyeri
  • Identifikasi adanya tanda-tanda radang
  • Monitor aktivitas yang dapat meningkatkan nyeri
  • Kompres es di sekitar leher
  • Kolaborasi untuk pemberian analgetik

2. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan intake yang kurang sekunder dengan kesulitan menelan ditandai dengan penurunan berat badan, pemasukan makanan berkurang, nafsu makan kurang, sulit untuk menelan, HB kurang dari normal
Tujuan: gangguan pemenuhan nutrisi teratasi setelah dilakukan asuhan keperawatan yang efektif

Intervensi Keperawatan :
  • Monitor balance intake dengan output
  • Timbang berat badan tiap hari
  • Berikan makanan cair / lunak
  • Beri makan sedikit tapi sering
  • Kolaborasi pemberian roborantia
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang kental ditandai dengan kesulitan dalam bernafas, batuk terdapat kumpulan sputum, ditemukan suara nafas tambahan
Tujuan: bersihan jalan nafas efektif ditujukkan dengan tidak ada sekret yang berlebihan

Intervensi Keperawatan :
  • Identifikasi kualitas atau kedalaman nafas pasien
  • Monitor suara nafas tambahan
  • Anjurkan untuk minum air hangat
  • Ajari pasien untuk batuk efektif
  • Kolaborasi untuk pemberian ekspektoran
4. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan demam, ketidakcukupan pemasukan oral ditandai dengan turgor kulit kering, mukosa mulut kering, keluar keringat berlebih
Tujuan: Resiko tinggi defisit volume cairan dapat dihindari

Intervensi Keperawatan :
  • Monitor intake dan output cairan
  • Monitor timbulnya tanda-tanda dehidrasi
  • Berikan intake cairan yang adekuat
  • Kolaborasi pemberian cairan secara parenteral (jika diperlukan)
5. Resiko tinggi penularan penyakit berhubungan dengan kontak, penularan melalui udara 

Tujuan: Resiko tinggi penularan penyakit dapat dihindari


Intervensi keperawatan
Mengajarkan pasien tentang pentingnya peningkatan kesehatan dan pencegahan infeksi lebih lanjut:
  • Menganjurkan pasien untuk istirahat
  • Menghindari kontak langsung dengan orang yang terkena infeksi pernafasan
  • Menutup mulut bila batuk / bersin
  • Mencuci tangan
  • Makan- makan bergisi
  • Menghindari penyebab iritasi
  • Oral hygine
6. Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan dehidrasi, inflamasi ditandai dengan suhu tubuh lebih dari normal, pasien gelisah, demam
Tujuan: Suhu tubuh dalam batas normal, adanya kondisi dehidrasi, inflamasi teratasi

Intervensi keperawatan
  • Ukur tanda-tanda vital
  • Monitor temperatur tubuh secara teratur
  • Identifikasi adanya dehidrasi, peradangan
  • Kompres es disekitar leher
  • Kolaborasi pemberian antibiotik, antipiretik



DAFTAR PUSTAKA



Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ulmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Sabiston David. C, Jr. M.D, 1994, Buku Ajar Bedah, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta


Untuk mendownload file LP faringitis telah kami sediakan link dalam dua format Pdf dan Doc sebagi berikut;

Terima Kasih banyak telah membaca ataupun mendownload LP faringitis semoga bermanfaat dan bisa menjadi referensi dalam mengerjakan tugasnya..
Salam Cinta Sehat...

0 Response to "Laporan Pendahuluan / LP Faringitis (Sakit Tenggorokan) Lengkap Download Dalam Format Pdf dan Doc- Cinta Sehat"

Post a Comment

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel