-->

Laporan Pedahuluan SOL ( Space Occupying Lession) / Tumor Otak lengakp Download Pdf dan Doc

Selalu kami bagikan Artikel Kesehatan/ Penyakit yang berupa Laporan pendahuluan(LP), Asuhan Keperawatan (Askep), dan Makalah, kali ini kami bagikan tentang laporan pendahulan SOL / tumor otak yang dapat di download dalam format Pdf dan Doc.

LP Timor Otak / SOL telah kmai buat dengan lengkap dari berbagai sumber dan referensi terbaru di mulai dari pengertian, Etiologi, patofisiologi, pathway, tanda dan gejala, komplikasi dan Konsep Asuhan keperawatan seperti diagnosa an intervensi dengan tujuan untuk membantu teman-teman sejawat dalam mengerjakan tugas Askep dari akademinya.

LP SOL / Tumor Otak telah kami sediakan link download dalam dua format Pdf dan Doc pada akhir artikel ini:

LAPORAN PENDAHULUAN SPACE OCCUPYING LESSION (SOL) / TUMOR OTAK

Pengertian

SOL (Space Occupying Lesion) merupakan generalisasi masalah mengenai adanyalesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. (Suzanne dan Brenda GBare. 1997: 2167). SOL dise&ut 'uga tumor otak atau tumor intracranial yaitu prosesdesak ruang yang tim&ul didalam rongga tengkorak &aik.(Satyanegara dalam aplikasiasuhan keperawatan)

Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada infrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak (Smeltzer & Brenda, 2001).
Tumor otak merupakan lesi destruktif pada CNS Tappa. Penanganan akan menjadi fatal benigna / maligna, di dalam bagian / luar otak, invasif / noninvasive, pertumbuhan lambat/cepat (Black & Matussarin, 1997).
Neoplasma /tumor adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh secara terus menerus secara tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitar dan tidak berguna bagi tubuh (Tim FKUI, 1996).

Tumor otak diklasifikasikan menjadi :
1. Tumor yang berkembang di dalam atau di atas saraf kranial
Ex. : neuroma akustik

2. Tumor yang muncul dari pembungkus otak (meningen)
Ex. : meningioma

3. Tumor yang berasal dari jaringan otak
Ex. : glioma

4. Lesi metastatik yang berasal dari bagian tubuh lainnya

Berdasarkan jenis tumor dapat dibedakan menjadi :
  1. nak (benigna) Ex. : acoustic neuroma, meningioma, pituitang edenoma, astrocitoma (tingkat I)
  2. Ganas (maligna) Ex. : astro cytoma, oligodeudioglioma, apendyoma (tingkat 2, 3, 4)
Berdasarkan lokasinya, tumor dibedakan menjadi:
1. Tumor intra dural
a. Tumor intra kranial extra cerebral
Ex.: neuroma, tumor hypofise, meningioma.

b. Tumor infrakranial intra cerebral
Ex. : glioma, astrocytoma, dan ganglioma

2. Tumor ekstra dural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, paru, ginjal dan lambung.

Etiologi
Gejala terjadinya spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak yang terkena. Menyebutkan tanda-tanda yang ditunjukkan lokal, seperti pada ketidaknormalan sensori dan motorik. Perubahan pengelihatan dan kejang karena fungsi dari bagian-bagian berbeda-beda dan otak. Lokasi tumor dapat ditentukan pada bagiannya dengan mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi oleh adanya tumor.
  1. Tumor lobus frontal: Sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status emosional dan tingkah laku dan disintegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
  2. Tumor cerebellum (atur sikap badan / aktifitas otak dan keseimbangan): Mengatakan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan / berjalan yang sempoyongan dengan kencenderungan jatuh, otot tidak terkoordinasi dan nigtatius (gerakan mata berirama tidak sengaja) biasanya menunjukkan gerak horizontal.
  3. Tumor korteks motorik: Menimbulkan manifestasi gerakan seperti epilepsy, kejang jarksonian dimana kejang terletak pada satu sisi.
  4. Tumor lobus frontal: Sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status emosional dan tingkah laku dan distulegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
  5. Tumor intra cranial: Dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan, terutama pada pasien lansia. Tipe tumor yang paling sering adalah meningioma, glioblastana (tumor otak yang sangat maligna) dan metastase serebral dari bagian luar.
  6. Tumor sudut cerebelopointin: Biasanya diawali pada jaring saraf akustik dan memberi rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteristik gejala pada tumor otak.
Gejala pertama
  • Tinitus dan kelihatan vertigo, segera ikuti perkembangan saraf-saraf yang mengarah terjadinya tuli (gangguan fungsi saraf cranial ke VIII / vestibulochorlearis / oktavus)
  • Kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah (berhubungan dengan cranial ke V/trigemirus)
  • Terjadi kelemahan atau paralisis (keterbatasan saraf cranial ke VII / fecialis)
  • Pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada abnormalitas pada fungsi motorik (aktivitas otot, sikap badan dan keseimbangan)
Patofisiologi

Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis, gejala-gejala terjadi berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan. Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2 faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial.
Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi/ invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentunya disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat.

Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertambah menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan avebrovaskuler primer. Sedangkan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak.

Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal. Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya masa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya masa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak. Mekanisme belum seluruhnya dipahami, namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruang subaralinoid menimbulkan hidrochepalus.
Peningkatan TIK akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila TIK timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi inkus serebral. Herniasi timbul bila girus medialis lobus temporal bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh masa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mensensefalon menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf ketiga. Pada herniasi serebelum, tonsil sebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu masa posterior kompresi medulla oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat, intrakranial yang cepat adalah bradikardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi dan gangguan pernafasan).

Pathway Timor Otak
Manifestasi klinis
Tanda dan gejala umum:
  1. nyeri kepala berat pada pagi hari
  2. kejang.
  3. Tanda-tanda peningkatan TIK nyeri kepala, papil edema, muntah.
  4. Perubahan kepribadian
  5. Gangguan memori dan alam perasa.
Pemeriksaan diagnostik
  1. Rontgen tengkorak: Untuk diagnostik sekurang-kurangnya diambil dari 2 arah, ialah anteroposterior dan lateral.
  2. Lumbal fungsi, arteriografi dan pneumoensefalografi
  3. EEG
  4. CT-scan
  5. MRI
Penatalaksanaan

Tumor otak yang tidak terobati menunjukkan ke arah kematian, salah satu akibat peningkatan TIK atau dari kerusakan otak yang disebabkan oleh tumor. Pasien dengan kemungkinan tumor otak harus dievaluasi dan diobati dengan segera bila memungkinkan sebelum kerusakan neurologis tidak dapat diubah. Tujuannya adalah mengangkat dan memusnahkan semua tumor atau banyak kemungkinan tanpa meningkatkan penurunan neurologik (paralisis, kebutaan) atau tercapainya gejala-gejala dengan mengangkat sebagian (dekompresi).
  • Pendekatan pembedahan (craniotomy)
Dilakukan untuk mengobati pasien meningioma, astrositoma kistik pada serebelum, kista koloid pada ventrikel ke-3, tumor kongenital seperti demoid dan beberapa granuloma. Untuk pasien dengan glioma maligna, pengangkatan tumor secara menyeluruh dan pengobatan tidak mungkin, tetapi dapat melakukan tindakan yang mencakup pengurangan TIK, mengangkat jaringan nefrotik dan mengangkat bagian besar dari tumor yang secara teori meninggalkan sedikit sel yang tertinggal atau menjadi resisten terhadap radiasi atau kemoterapi.
  • Pendekatan kemoterapy
Terapi radiasi merupakan dasar pada pengobatan beberapa tumor otak, juga menurunkan timbulnya kembali tumor yang tidak lengkap transplantasi sum-sum tulang autologi intravens digunakan pada beberapa pasien yang akan menerima kemoterapi atau terapi radiasi karena keadaan ini penting sekali untuk menolong pasien terhadap adanya keracunan sumsum tulang sebagai akibat dosis tinggi radiasi.

Kemoterapi digunakan pada jenis tumor otak tertentu saja. Hal ini bisa digunakan pada klien :
1. Segera setelah pembedahan/tumor reduction kombinasi dengan terapi radiasi
2. Setelah tumor recurance
3. Setelah lengkap tindakan radiasi
  • Pendekatan stereotaktik
Stereotaktik merupakan elektroda dan kanula dimasukkan hingga titik tertentu di dalam otak dengan tujuan melakukan pengamatan fisiologis atau untuk menghancurkan jaringan pada penyakit seperti paralisis agitans, multiple sklerosis & epilepsy. Pemeriksaan untuk mengetahui lokasi tumor dengan sinar X, CT, sedangkan untuk menghasilkan dosis tinggi pada radiasi tumor sambil meminimalkan pengaruh pada jaringan otak di sekitarnya dilakukan pemeriksaan Radiosotop (III) dengan cara ditempelkan langsung ke dalam tumor.

Komplikasi

Komplikasi setelah pembedahan dapat disebabkan efek depresif anestesi narkotik dan imobilitas. Echymosis dan edema periorbital umumnya terjadi setelah pembedahan intracranial. Komplikasi khusus / spesifik pembedahan intrakranial tergantung pada area pembedahan dan prosedur yang diberikan, misalnya:
  • Kehilangan memory
  • Paralisis
  • Peningkatan ICP
  • Kehilangan / kerusakan verbal / berbicara
  • Kehilangan / kerusakan sensasi khusus
  • Mental confusion
Peningkatan TIK yang disebabkan edema cerebral / perdarahan adalah komplikasi mayor pembedahan intrakranial, memfestasi klinik :
  • Perubahan visual dan verbal
  • Perubahan kesadaran (level of conciousnes/LOC) berhubungan dengan sakit kepala
  • Perubahan pupil
  • Kelemahan otot / paralysis
  • Perubahan pernafasan
Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian
  1. Data dasar ; nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, alamat, golongan darah, penghasilan
  2. Riwayat kesehatan ; apakah klien pernah terpajan zat zat kimia tertentu, riwayat tumor pada keluarga, penyakit yang mendahului seperti sklerosis TB dan penyakit neurofibromatosis, kapan gejala mulai timbul
  3. Aktivitas / istirahat, Gejala : kelemahan / keletihan, kaku, hilang keseimbangan. Tanda : perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadriplegi, ataksia, masalah dalam keseimbangan, perubaan pola istirahat, adanya faktor faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, cemas, keterbatasan dalam hobi dan dan latihan
  4. Sirkulasi, gejala : nyeri kepala pada saat beraktivitas. Kebiasaan : perubahan pada tekanan darah atau normal, perubahan frekuensi jantung.
  5. Integritas Ego, Gejal : faktor stres, perubahan tingkah laku atau kepribadian, Tanda : cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan impulsif.
  6. Eliminasi : Inkontinensia kandung kemih/ usus mengalami gangguan fungsi.
  7. makanan / cairan , Gejala : mual, muntah proyektil dan mengalami perubahan selera. Tanda : muntah ( mungkin proyektil ), gangguan menelan ( batuk, air liur keluar, disfagia )
  8. Neurosensori, Gejala : Amnesia, vertigo, synkop, tinitus, kehilangan pendengaran, tingling dan baal pad aekstremitas, gangguan pengecapan dan penghidu. Tanda : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status mental, perubahan pupil, deviasi pada mata ketidakmampuan mengikuti, kehilangan penginderaan, wajah tidak simetris, genggaman lemah tidak seimbang, reflek tendon dalam lemah, apraxia, hemiparese, quadriplegi, kejang, sensitiv terhadap gerakan
  9. Nyeri / Kenyamanan, Gejala : nyeri kepala dengan intensitas yang berbeda dan biasanya lama. Tanda : wajah menyeringai, respon menarik dri rangsangan nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat / tidur.
  10. Pernapasan, Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat, dispnea, potensial obstruksi.
  11. Hormonal : Amenorhea, rambut rontok, dabetes insipidus.
  12. Sistem Motorik : scaning speech, hiperekstensi sendi, kelemahan
  13. keamanan , Gejala : pemajanan bahan kimia toksisk, karsinogen, pemajanan sinar matahari berlebihan. Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi
  14. seksualitas, gejala: masalah pada seksual ( dampak pada hubungan, perubahan tingkat kepuasan )
  15. Interaksi sosial : ketidakadekuatan sitem pendukung, riwayat perkawinan ( kepuasan rumah tangga, dudkungan ), fungsi peran. ( Doenges, 2000 )
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1
1. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d penghentian aliran darah oleh SOL dibuktikan dengan perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubaan respon motorik / sensori, gelisah dan perubahan tanda vital
Kriteria evaluasi : Pasien akan dipertahankan tingkat kesadaran , perbaiakan kognisi, fungsi motorik / sensorik, TTV stabil, tidak ada tanda peningkatan TIK

Intervensi :
  • Tentukan penyebab penurunan perfusi jaringan
  • Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nila standar ( GCS )
  • Pantau TTV
  • Kaji perubahan penglihatan dan keadan pupil
  • Kaji adanya reflek ( menelan, batuk, babinski )
  • Pantau pemasukan dan pengeluaran cairan
  • Auskultasi suara napas, perhatikan adananya hipoventilasi, dan suara tambahan yang abnormal
Kolaborasi :
  • Pantau analisa gas darah
  • Berikan obat sesuai indikasi : deuretik, steroid, antikonvulsan
  • Berikan oksigenasi
Diagnosa 2
2. Resiko tinggi terhadap ketidakefektifan pola napas b.d kerusakan neurovaskuler, kerusakan kognitif.
Kriteria evaluasi : pasien dapat, dipertahanakan pola nafas efektif, bebas sianosis, dengan GDA dalam batas normal

Intervensi :
  • Kaji dan catat perubahan frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan
  • Angkat kepala tempat tidur sesuai atuiran / posisi miringsesuai indikasi
  • Anjurkan utuk bernapas dalam, jika pasien sadar
  • Lakukan penghisapan lendir dengan hati hati jangan lebih dari 10 – 15 detik, catat karakter warna, kekentalan dan kekeruhan sekret
  • Pantau pengguanaan obat obatan depresan seperti sedatif
Kolaborasi:
  • Berikan O2 sesuai indikasi
  • Lakaukan fisioterapi dada jika ada indikasi
Diagnosa 3
3. Nyeri ( akut ) / kronis b.d agen pencedera fisik, kompresi saraf oleh SOL, peningkatan TIK, ditandai dengan : menyetakan nyeri oleh karena perubahan posisi, nyeri, pucat sekitar wajah, perilaku berhati hati, gelisah condong keposisi sakit, penurunan terhadap toleransi aktivitas, penyempitan fokus pad dirisendiri, wajah menahan nyeri, perubahna pla tidur, menarik diri secara fisik
Kriteria evalusi : pasien melaporkannyeri berkurang, menunjukan perilaku untuk mengurangi kekambuhan atau nyeri .

Intervensi :
  • kaji keluhan nyeri
  • Observasi keadaan nyeri nonverbal ( misal ; ekspresi wajah, gelisah, menangis, menarik diri, diaforesis, perubaan frekuensi jantung, pernapasan dan tekanan darah.
  • Anjurkan untuk istirahat denn tenang
  • Berikan kompres panas lembab pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan
  • Lakukan pemijatan pada daerah kepala / leher / lengan jika pasien dapat toleransi terhadap sentuhan
  • Sarankana pasien untuk menggnakan persyaratan positif “ saya sembuh “ atau “ saya suka hidup ini “
Kolaborasi :
  • Berikan analgetik / narkotik sesuai indikasi
  • Berikan antiemetiksesuai indikasi
Diagnosa 4
4. Perubahan persepsi sensori b.d perubahan resepsi sensoris, transmisi dan atau integrasi ( trauma atau defisit neurologis ), ditandai denagg disorientasi, perubaan respon terhadap rangsang, inkoordinasi motorik, perubahan pola komunikasi, distorsi auditorius dan visual, penghidu, konsentrasi buruk, perubahan proses pikir, respon emosiaonal berlebihan, perubahan pola perilaku
Kriteria evaluasi : pasien dapat dipertahanakan tingkat kesadaran dan fuingsi persepsinya, mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residu, mendemonstrasikan perubahan gaya hidup.

Intervensi :
  • Kaji secar teratur perubahan orientasi, kemampuan bicara, afektif, sensoris dan proses pikir
  • Kaji kesadaran sensoris seperti respon sentuan , panas / dingin, benda tajam atau tumpul, keadaran terhadap gerakan dan letak tubuh, perhatkian adanya masalah penglihatan
  • Observasi repon perilaku
  • Hilangkan suara bising / stimulus ang berlebihan
  • Berikan stimulus yang berlebihan seperti verbal, penghidu, taktil, pendengaran, hindari isolasi secara fisik dan psikologis
Kolaborasi :
  • pemberian obat supositoria gna mempermudah proses BAB
  • konsultasi dengan ahli fisioterapi / okupasi
Diagnosa 5
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan TIK, konsekuensi kemoterapi, radiasi, pembedahan, ( anoreksia, iritasi, penyimpangan rasa mual ) dibuktikan oleh : keluhan masukan makan tidak adekuat, kehilangan sensai pengecapan, kehilangan minat makan, ketidakmampuan untk mencerna yang dirasakan / aktual, berat badan 20 % atau lebih dibawah badan ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh, penurunan penumpukn lemak / masa otot, sariawab, rongga mulut terinflamasi, diare,konstipasi, kram abdomen.

Krieteria evaluasi :pasien dapat mendemonstrasikan berat badan stabil, mengungkapkan pemasukan adekuat, berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan

Intervensi :
  • Pantau masukan makanan setiap hari
  • Ukur BB setiap hari sesui indikasi
  • Dorong pasien untuk makandiit tinggi kalori kaya nutrien sesui program
  • Kontrol faktor lingkungan ( bau, bising ) hindari makanan terlalu manis, berlemak dan pedas. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan
  • Identifikasipasien yang mengalami mual / muntah
Kolaborasi :
  • Pemberian anti emetik dengan jadwal reguiler
  • Vitamin A, D, E dan B6
  • Rujuk kepada ahli diit
  • Pasang / pertahankan slang NGT untuk pemberian makanan enteral
( Doenges, 2000 dan L.J Carpenito, 1997 )


DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marylin E & Moorhouse, 2000. Rencana Askep : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC

Engram, Barbara, 1998. Rencana Asuhan KMB. Jakarta: EGC

Marilyn. Doenges, et al,1997,Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

Guyton, Arthur C & John E Hall, 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif, 1998. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Medika Gesapius

Smeltzer & Brenda. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Untuk mendownload file laporan pendahuluan Tumor Otak/ SOL telah kami sediakan link dalam dua format Dpf dan Doc sebagai berikut:


Terima Kasih telah membaca ataupun mendownload LP SOL / Tumor Otak semoga bermanfaat dan bisa menjadi referensi dalam mengerjakan tugas Praktik Askep di akademinya

0 Response to "Laporan Pedahuluan SOL ( Space Occupying Lession) / Tumor Otak lengakp Download Pdf dan Doc"

Post a Comment

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel