-->

Laporan Pendahuluan Coronary Artery Disease (CAD) lengakp Download Pdf dan Doc

Selalu kami bagikan artikel tentang Penyakit / kesehatan baik laporan Pendahuluan(LP), Asuhan Keperawatan (Askep), Makalah. Kali ini kami bagikan Laporan Pendahuluan CAD yang bisa didownload dalam format Pdf dan Doc.

LP / Askep Coronary Artery Disease (CAD) telah kami buat dengan lengkap dari berbagai sumber dan referensi terbaru dimulai dari Pengertian Cad, Etiologi,Patofisiologi,Pathway, tanda dan gejala, komplikasi, pengobatan, konsep askep diagnosa dan intervensi untuk membatu teman-teman sejawat dalam praktik Asuhan Keperawatan di akdeminya. untuk kode ICD CAD I25.

LP / Makalah CAD telah kami sediakan link download dalam dua format Pdf dan Doc pada akhir artikel ini.
Kode icd CAD I25

LAPORAN PENDAHULUAN CAD

Defenisi

Penyakit arteri koroner adalah penyempitan atau penyumbatan arteri koroner, arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran darah melambat, jantung tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini biasanya mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. Bila satu atau lebih dari arteri koroner tersumbat sama sekali, akibatnya adalah serangan jantung (kerusakan pada otot jantung

Etologi


Terdapat empat faktor resiko biologis yang tak dapat diubah, yaitu: usia, jenis kelamin, ras dan riwayat keluarga. Kerentanan terhadap aterosklerosis koroner meningkat dengan bertambahnya usia. Penyakit yang serius jarang terjadi sebelum usia 40 tahun. Wanita tampaknya relative kebal terhadap penyakit ini sampai setelah menopause, dan kemudian menjadi sama rentannya seperti pria. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia sebelum menopause. Orang Amerika-Afrika lebih rentan terhadap aterosklerosis daripada orang kulit putih. Akhirnya, riwayat keluarga yang positif terhadap penyakit jantung koroner (yaitu, saudara atau orang tua yang menderita penyakit ini sebelum usia 50 tahun) meningkatkan kemungkinan timbulnya aterosklerosis premature.


Faktor-faktor resiko tambahan lainnya masih dapat diubah, sehingga berpotensi dapat memperlambat proses aterogenik. Faktor-faktor resiko mayor adalah:
  • Hiperlipidemia
Lipid plasma adalah kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas berasal dari oksigen, dari makanan dan endogen dari sintesis lemak.kolesterol dan trigriserida adalah dua jenis lipid yang relatif mempunyai makna klinis yang penting sehubungan dengan asteriogenesis. Lipid tidak larut dalam plasma tetapi terikat pada protein sebagai mekamisme transport dalam serum. Peningkatan kolesterol dihubungkan dengan meningkatnya resikoterhadap koronaria sementara kadar kolesterol HDL yang meningkat tampaknya berperan sebagai faktor pelindung terhadap penyakit arteri koronaria.
  • Hipertensi
Tekanan darah tinggi adalah faktor resiko yang paling membahayakan karena biasanya tidak menunjukan gejalasampai kondisi telah menjadi lanjut/ kronis. Tekanan darah tinggi menyebabkan meningkatnya gradien tekanan yang harus dilawan oleh ventrikel kiri saat memompa darah. Tekanan tinggi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kebutuhan oksigen jantung meningkat.
  • Merokok
Resiko meroko tergantung pada jumlah roko yang digunakan perhari, bukan pada lamanya seseorang merokok. Seseorang yang meroko lebih dari sebungkus sehari, beresiko mengalami kesehatan khususnya gangguan jantu 2 kali lebih besar daripada mereka yang tidakmerokok. Merokok berperan dalam memperburuk kondisi penyakit arteri koroner melalui 3 cara meliputi:
  1. Menghirup asam akan meningkatkan kadar karbonn monoksida (CO) darah. Hemoglobin, komponen darah yang mengangkut oksigen lebih mudah terikat pada karbon monoksida daripada oksigen. Hal ini menyebabkan oksigen yang disuplai ke jantung menjadi sangat berlebih, sehingga jantung bekerja lebih berat untuk menghasilkan energi yang sama besarnya.
  2. Asam nikotinat pada tembakau memicu pelepasan katekolamin, yang menyebabkan kontriksi.
  3. Merokok, meningkatkan adhesi trombositmengakibatkan pembentukan thrombus
  • Diabetes Militus
Penderita DM cenderung memiliki prevalensi arteriosklerosis yang lebih tinggi, demikian juga pada kasus arteriosklerosis koloner prematur berat. Hiperglekimia menyebabkan peningkatan agrerasi trombosit yang ddapat menyebabkan trombus. Hiperglekimia bisamenjadi penyebab kelainan metabolisme lemak/ predisposisi terhadap degenerasi vaskular yang berkaitan dengan gangguan intoleransi terhadap glukosa.

Patofisiologi


Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah. Halini menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang merupakan komplikasi tersering aterosklerosis.

Berbagai teori mengenai bagaimana lesi aterosklerosis terjadi telah diajukan,tetapi tidak satu pun yang terbukti secara meyakinkan. Mekanisme yang mungkin, adalah pembentukan thrombus pada permukaan plak; danpenimbunan lipid terus menerus. Bila fibrosa pembungkus plak pecah, maka febris lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan menyumbat arteri dan kapiler di sebelah distal plak yang pecah.

Struktur anatomi arteri koroner membuatnya rentan terhadap mekanisme aterosklerosis. Arteri tersebut terpilin dan berkelok-kelok saat memasuki jantung, menimbulkan kondisi yang rentan untuk terbentuknya ateroma.

Pathway CAD






Tanda dan Gejala

  1. Dada terasa tak enak(digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau terbakar;dapat menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung, atau rahang)
  2. Sesak napas
  3. Berdebar-debar
  4. Denyut jantung lebih cepat
  5. Pusing
  6. Mual
  7. Kelemahan yang luar bias



Pemeriksaan laboratorium dan Diagnostik penunjang

  1. Analisa gas darah (AGD)
  2. Pemeriksaan darah lengkap
  3. Hb, Ht
  4. Elektrokardiogram (EKG)
  5. Foto rontgen dada
  6. Pemeriksaan laboratorium
  7. Treadmill
  8. Kateterisasi jantung

Komplikasi

1. Aritmia
Merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan. Aritmia yaitu gangguan dalam irama jantung yang bisa menimbulkan perubahan eloktrofisiologi otot-otot jantung. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel. Misalnya perangsangan simpatis akan meningkatkan kecepatan denyut jantung.

2. Gagal Jantung Kongestif
Merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokard. Disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kiri akan menimbulkan kongesti pada vena pulmonalis sedangkan pada disfungsi ventrikel kanan akan menimbulkan kongesti pada vena sistemik.

3. Syok kardikardiogenik
Syok kardiogenik diakibatkan oleh disfungsi nyata ventrikel kiri sesudah mengalami infark yang massif. Timbulnya lingkaran setan perubahan hemodinamik progresif hebat yang irreversible yaitu penurunan perfusi perifer, penurunan perfusi koroner, peningkatan kongesti paru yang bisa berakhir dengan kematian.



4. Disfungsi Otot Papillaris

Disfungsi iskemik atau rupture nekrotik otot papilaris akan mengganggu fungsi katup mitralis. Inkompetensi katup mengakibatkan aliran balik dari ventrikel kiri ke atrium kiri sebagai akibat pengurangan aliran ke aorta dan peningkatan kongesti pada atrium kiri dan vena pulmonalis.



5. Ventrikuler Aneurisma

Aneurisma ini biasanya terjadi pada permukaan atrium atau apek jantung. Aneurisma ventrikel akan mengembang bagaikan balon pada setipa sistolik, teregang secara pasif oleh sebagian curah sekuncup. Aneurisma ventrikel dapat menimbulkan 3 masalah yaitu gagal jantung kongestif kronik, embolisasi sistemik dari thrombus mural dan aritmia ventrikel refrakter.



6. Perikarditis

Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang langsung berkontak dengan pericardium menjadi kasar, sehingga merangsang permukaan pericardium dan menimbulkan reaksi peradangan.

7. Emboli Paru
Emboli paru bisa menyebabkan episode dipsnea, aritmia atau kematian mendadak. Trombosis vena profunda lebih lazim pada pasien payah jantung kongestif yang parah



Penatalaksanaan / pengobtan medis



Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung. Yang paling umum diantaranya:


1. Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin.
Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka dari itu mengurangi resiko serangan jantung.

2. Beta-bloker (e.g. Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol).
Obatan-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung dan tekanan darah, sehingga menurunkan gejala angina juga melindungi jantung.

3. Nitrates (e.g. Isosorbide Dinitrate).
Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri dada. Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk penghilang nyeri dada secara cepat.

4. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril, Perindopril) and Angiotensin Receptor Blockers (e.g. Losartan, Valsartan).
Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah, dan juga membantu menurunkan tekanan darah.

5. Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat, Simvastatin, Atorvastatin, Rosuvastatin).
Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat (Lipoprotein Densitas-Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk penyakit jantung koroner dini atau lanjut. Obat-obatan tersebut merupakan andalan terapi penyakit jantung koroner.

6. Intervensi Jantung Perkutan.
Ini adalah metode invasif minimal untuk membuka arteri jantung yang menyempit. Melalui selubung plastik ditempatkan dalam arteri baik selangkang atau pergelangan, balon diantar ke segmen arteri jantung yang menyempit, dimana itu kemudian dikembangkan untuk membuka penyempitan.Kemudian, tube jala kabel kecil (cincin) disebarkan untuk membantu menahan arteri terbuka. Cincin baik polos (logam sederhana) atau memiliki selubung obat (berlapis obat). Metode ini seringkali menyelamatkan jiwa pasien dengan serangan jantung akut. Untuk penyakit jantung koroner stabil penyebab nyeri dada, ini dapat meringankan gejala angina dengan sangat efektif. Umumnya, pasien dengan penyakit pembuluh darah single atau double mendapat keuntungan dari metode ini. Dengan penyakit pembuluh darah triple, atau keadaan fungsi jantung buruk, prosedur bedah dikenal dengan Bedah Bypass Arteri Jantung sering merupakan alternatif yang baik atau pilihan pengobatan yang lebih baik.

7. Operasi.

a. Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG).
CABG melibatkan penanaman arteri atau vena lain dari dinding dada, lengan, atau kaki untuk membangun rute baru untuk aliran darah langsung ke otot jantung. Ini menyerupai membangun jalan tol parallel ke jalan yang kecil dan sempit. Ini adalah operasi yang aman, dengan rata-rata resiko kematian sekitar 2%. Pasien tanpa serangan jantung sebelumnya dan melakukan CABG sebagai prosedur elektif, resiko dapat serendah 1 persen.

b. Revaskularisasi Transmiokardia
Untuk pasien dengan pembuluh darah yang terlalu kecil untuk melakukan CABG, prosedur disebut Revaskularisasi Transmiokardia juga tersedia di NHCS. Pada prodesur ini, laser digunakan untuk membakar banyak lubang kecil pada otot jantung. Beberapa lubang ini berkembang ke pembuluh darah baru, dan ini membantu mengurangi angina



Konsep Asuhan Keperawatan




Pengkajian

Pengumpulan Data:
  • Identitas Klien
  • Identitas Penanggung Jawab
  • Keluhan Utama
  • Riwayat Kesehatan Sekarang
  • Riwayat Masa Lalu
  • Riwayat Kesehatan Kelurga
  • Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).

1. Sirkulasi
  • Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah tinggi, diabetes melitus.
  • Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia.
  • Suara jantung, suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya.
  • Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris yang tidak berfungsi.
  • Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi cardia).
  • Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal.
  • Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul dengan gagal jantung.
  • Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
2. Eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.

3. Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan perubahan berat badan.

4. Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan aktivitas.

5. Neoru sensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.

6.Kenyamanan
  • Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau dengan nitrogliserin.
  • Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang dan wajah.
  • Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah di alami. Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur tubuh, menangis, penurunan kontak mata, perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran.
7. Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.

8.Interaksi social
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.

9.Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi, perokok.



Diagnosa keperawatan

  1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung atau sumbatan pada arteri koronaria.
  2. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard.
  3. Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunya preload atau peningkatan SVR, miocardial infark.
  4. Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan darah, hipovolemia.
  5. Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan excess berhubungan dengan penurunan perfusi organ (renal), peningkatan retensi natrium, penurunan plasma protein.

Intervensi



Diagnosa 1

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung atau sumbatan pada arteri koronaria.

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu menunjukan adanya penurunan rasa nyeri dada, menunjukan adanya penuruna tekanan dan cara berelaksasi.

Rencana:
  • Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri.
  • Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, kesadaran).
  • Anjurkan pada pasien agar segera melaporkan bila terjadi nyeri dada.
  • Ciptakan suasana lingkungan yangtenang dan nyaman.
  • Ajarkan dan anjurkan pada pasien untuk melakukan tehnik relaksasi.
  • Kolaborasi dalam : Pemberian oksigen dan Obat-obatan (beta blocker, anti angina, analgesic)
  • Ukur tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan pengobatan dengan narkosa.
Diagnosa 2

Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard.

Tujuan:
setelah di lakukan tindakan perawatan klien menunnjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) tidak adanya angina.

Rencana:
  • Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan aktivitas.
  • Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
  • Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air besar.
  • Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien.
  • Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisiki bahwa aktivitas melebihi batas.

Diagnosa 3


Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunya preload atau peningkatan SVR, miocardial infark.


Tujuan:
tidak terjadi penurunan cardiac output selama di lakukan tindakan keperawatan.

Rencana:

  • Lakukan pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua lengan pada posisi berdiri, duduk dan tiduran jika memungkinkan).
  • Kaji kualitas nadi.
  • Catat perkembangan dari adanya S3 dan S4.
  • Auskultasi suara nafas.
  • Dampingi pasien pada saat melakukan aktivitas.
  • Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine.
  • Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan anti disritmia.
Diagnosa 4

Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan darah, hipovolemia.

Tujuan:
selama dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi penurunan perfusi jaringan.

Rencana:

  • Kaji adanya perubahan kesadaran.
  • Inspeksi adanya pucat, cyanosis, kulit yang dingin dan penurunan kualitas nadi perifer.
  • Kaji adanya tanda Homans (pain in calf on dorsoflextion), erythema, edema.
  • Kaji respirasi (irama, kedalam dan usaha pernafasan).
  • Kaji fungsi gastrointestinal (bising usus, abdominal distensi, constipasi).
  • Monitor intake dan out put.
  • Kolaborasi dalam: Pemeriksaan ABG, BUN, Serum ceratinin dan elektrolit.

Diagnosa 5
Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan excess berhubungan dengan penurunan perfusi organ (renal), peningkatan retensi natrium, penurunan plasma protein.

Tujuan:
tidak terjadi kelebihan cairan di dalam tubuh klien selama dalam perawatan.

Rencana:
  • Auskultasi suar nafas (kaji adanya crackless).
  • Kaji adanya jugular vein distension, peningkatan terjadinya edema.
  • Ukur intake dan output (balance cairan).
  • Sajikan makan dengan diet rendah garam.
  • Kolaborasi dalam pemberian deuritika.




DAFTAR PUSTAKA



Brunner and Sudarth, 2001. Buku keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC


Carpenito J.L. (2002). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta

Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 3. EGC: Jakarta

Muttaqin, Arif. 2002. Askep Gangguan Persyarafan. Salemba Medika: Jakarta

Nenk, 2009. Asuhan Keperawatan Arteri koroner. Jakarta : DJAMBATAN

Price A Sylvia dan Wilson M Lorraine (2005). Patofisiologi.Jakarta.EGC

Doenges, M.E., Moorhouse, M.F. & Geissler, A.C. 2010. Nursing care plant

Libby P & Theroux P, 2014. Pathophysiology of Coronary Artery Disease

Untuk mendownload file laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan CAD telah kami sediakan link download dalam dua format sebagai berikut:

Terima Kasih telah membaca ataupun mendownload file LP CAD semoga bermanfaat dan bisa menjadi referensi dalam mengerjakan tugasnya..

0 Response to "Laporan Pendahuluan Coronary Artery Disease (CAD) lengakp Download Pdf dan Doc"

Post a Comment

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel